Selasa, 17 Januari 2017

MAHASISWI PERAWAN


UNITED4D - Sella adalah seorang mahasiswi asal Pekalongan, Jawa Tengah. Aku mengenalnya ketika kami sama-sama menjadi peserta dalam kegiatan workshop bagi mahasiswa/i. Dia peserta dari sebuah sekolah tinggi ekonomi di kota R, sedangkan aku dikirim mewakili kampusku. Selama workshop, sebenarnya aku sdh mulai merasa kalau dia memperhatikanku, tapi aku juga tahu kalau dia sdh punya seorang cowok. Sehingga hubungan kami saat itu hanya sebatas SMS. Sampai pada satu jumat malam di bulan November tahun 2016, Sella menelponku. Intinya dia mengatakan besok pagi akan ke kota Y dan minta aku menjemputnya di terminal.


Perkiraan kalau dia berangkat dari Kota R jam 7, maka jam 10 atau paling lambat jam 11 dia akan tiba di Y. Keesokan harinya pukul 10 pagi aku sdh stand by di terminal bis antar kota di kotaku. Saat sedang mencari-cari, tiba-tiba saja dari belakang Sella mengagetkanku. Dia tidak banyak berubah, tinggi 168 cm, rambut sebahu, bentuk wajahnya tirus mirip seperti artis Nia Ramadhani, namun tubuh Sella lebih berisi, terutama dengan payudara yg berukuran 34 B. Saat aku terpana melihat tubuhnya, dia tiba-tiba saja memelukku. “mas, aku kangen. Pengen banyak cerita sama kamu, pengen tukar pikiran dan diskusi kaya saat workshop dulu” ungkapnya.


“iya..iya..udah ah, ga enak diliat orang banyak” kataku sambil melepaskan pelukannya. “Mau nginap dimana kamu malam ini? Masak mau langsung pulang ke S?”tanyaku. “aku nginap di kost mas Adi aja boleh khan?”jawabnya. “mana boleh non, bisa digrebek ama orang kampong” jawabku. Akhirnya dia sepakat akan tidur di sebuah hotel melati dekat kostku, biayanya aku bantu setengah, karena dia juga tidak membawa banyak uang. Singkatnya, setelah Sella mandi dan berganti pakaian kami berjalan-jalan keliling kota Y, selama perjalanan, dia banyak bercerita tentang hubungannya dengan cowoknya yg mulai banyak ketidak cocokan dan sering diwarnai pertengkaran.


Setelah makan malam, jam 9 malam aku mengantarkan dia kembali ke hotel tempatnya menginap. Setelah itu aku kembali ke kostku. Pukul setengah 11 malam Sella menelponku. “mas, aku ga bisa tidur, hotelnya serem, mas Adi kesini donk, temanin aku” pintanya. Maka aku pun langsung menuju hotel itu. Ketika menuju kamar Sella, aku sempat melihat beberapa pasangan chek in, ada yg masih muda, ada pula yg sdh berumur. Pahamlah aku bahwa hotel ini termasuk hotel esek-esek yg banyak dibicarakan teman-teman kampusku. Kamar yg ditempati Sella berada di ujung lorong, sehingga terlihat memang lebih luas, Sella masih belum ganti baju, “aku mau ke kamar mandi takut mas, lampunya kecil” jawabnya ketika kutanya kenapa ga ganti baju. “Ya udah, aku disini, kamu cuci muka trus ganti baju tidur ya” kataku. Sementara aku tiduran diatas spring bed, ternyata karena takut (atau entah sengaja) Sella ganti baju tanpa menutup pintu kamar mandi, tentu saja aku bisa melihatnya dari kaca besar di depan pintu kamar mandi. Dari situ aku melihat Sella hanya mengenakan celana dalam, tanpa BH di balik daster tidurnya.


Dengan menggunakan daster, Sella naik ke atas spring bed dan berbaring di sebelahku. Sedikit ja’im aku kemudian duduk, “kamu mau tak tungguin disini atau aku pulang aja ke kost?” tanyaku. “Mas Ari disini aja, khan kita ga ngapa-ngapain” jawabnya. Aku pun turun dari spring bed dan duduk di kursi berlengan yg ada dalam kamar itu. “lho, kok di situ sich? Disini aja ama aku. Khan tempat tidurnya masih luas” protes Sella. Dari pada diprotes terus (dan karena memang ngarepin) aku pun kembali berbaring di sebelahnya. Lama kami terdiam, aku kira dia sdh tertidur, sehingga aku kemudian membuka ikat pinggang dan retslueting celana jeansku, karena aku memang tidak biasa tidur dengan celana jeans, Bahkan kadang aku tidur hanya dengan celana pendek, tanpa celana dalam. “kenapa mas? Sesak ya?” Tanya Sella yg ternyata belum tidur.


“iya, aku ga biasa tidur pakai jeans” jawabku. “ya udah, celananya dibuka aja, mas Adi pakai selimut ini lho” kata Sella lagi smbil menyerahkan selimut dan kemudian membalik badannya. Jadilah aku hanya bercelana dalam berbungkus selimut tidur disamping Sella. Sekitar jam 3 dinihari, aku terbangun karena seperti mendengar suara tangis. Ketika kubuka mata, ternyata di depanku Sella menangis sambil memandangku. Aku yg bingung kemudian bertanya kenapa, bukannya menjawab, tangis Sella justru makin kuat. Khawatir diduga melakukan kekerasan oleh orang diluar kamar, aku menarik Sella dan mendekapnya.


Sella memelukku erat dan bercerita bahwa awal mula tidak harmonisnya hubungan antara dia dengan cowoknya karena cowoknya memaksa dia untuk berhubungan badan. Benar-benar iba, aku pun mendekapnya dalam pelukanku. Lupa kalau saat itu aku hanya memakai CD. Makin lama saling berpelukan, kami pun makin terbawa suasana, dari hanya saling memeluk dan berpandangan, perlahan bibir kami mulai saling mendekat dan berpagutan, rasa asin dari air matanya tak kurasakan, yg ada hanyalah nafsu, Sella pun mulai menunjukkan hal yg sama. Nafasnya makin memburu, permainan lidahnya makin agresif, bahkan gerakan tangannya mulai meremas lengan dan kaos yg kukenakan. Remasannya makin lama malah menarik kaosku ke atas, seolah meminta aku melepasnya, maka kubuka kaosku dan tinggal bercelana dalam dihadapan Sella. Melihat dadaku yg ditumbuhi bulu halus, Sella keliatan makin bernafsu, dia memegang dadaku dan meremasnya, aku pun merasa tak perlu berbasa-basi lagi, maka segera kutarik keatas pula dasternya, sehingga dia pun hanya tinggal memakai celana dalam.


Kami sempat saling memandang, “mas, aku pernah menolak L***** untuk ML sama aku, sampai dia memaksaku dan bahkan mendekap mulutku dengan bantal, tapi sekarang aku ikhlas mas, kalau kamu mau jadi pacarku, aku ikhlas menyerahkan diriku ke kamu malam ini” kata Sella sambil menangis. Aku tidak menjawab, aku kembali menariknya ke pelukanku, memberinya waktu untuk melepaskan semua beban yg ada dihatinya. Namun tak lama kemudian, dia mulai kembali menciumi bibirku. Kami pun kembali saling berpagutan, kali ini tidak ada lagi ja’im di benakku. Sambil tetap berciuman bibir, tanganku mulai meremas-remas toket dan pantatnya. Dia yg mulanya hanya meremas lengan dan dadaku, perlahan tangannya turun tapi terhenti di atas perutku. Karena tak sabar, langsung kuarahkan tangannya untuk memegang penisku. Dan dia pun menggenggam penisku dengan kuat. Bibirku mulai turun ke lehernya, kugigit pelan dan kuhisap-hisap sehingga meninggalkan bekas merah di kulitnya yg putih, terus aku turun dan mulai mendekati dadanya, kuhisap toketnya, sambil terkadang kupilin putingnya bergantian, dia makin bergoyang liar remasan-remasan tangannya mulai membuat perih di tubuhku. Aku terus menggigit-gigit pelan dan menghisap tubuhnya, turun ke perut dan terus turun, sampai pada batas atas celana dalam hitam yg dikenakannya.


Aku berhenti, dan memandangnya, “boleh aku buka?” tanyaku, dia mengangguk dengan menatapku sayu. Dengan kedua tangan kubuka penghalang terakhir antara aku dan lubang kenikmatannya, bulu-bulu jembutnya tipis dan wangi menunjukkan dia rajin merawat propertinya itu. Belahan nonoknya masih sangat rapat, kuminta dia untuk melebarkan kedua kakinya, dia sempat menolak, “malu mas” tapi setelah aku sedikit memaksa, di pun mulai melebarkan kedua kakinya, menunjukkan bagaian dalam nonoknya yg berwarna merah muda. Langsung kucium, kujilat dan kuhisap-hisap semua bagian nonoknya, mulai bagian labia mayora (bener ga sich itu namanya?) sampai klitorisnya yg berbentuk benjolan sebesar kacang tanah. Dan akibatnya, Sella seperti kesetanan, pinggulnya naik-turun berusaha menghindari seranganku ke nonoknya, “udah mas, udah.. geli..aku geli…” tukasnya. Tapi aku pun terus berusaha merapatkan bibirku ke titik sensitive itu. Dan tiba-tiba dia berkata “maasss, aku…mau.. pipis….” belum sempat aku menarik kepalaku dari pangkal pahanya, justru kedua paha itu menjepit kepalaku, kedua tangannya menekan kepalaku semakin mendekati nonoknya dan pinggulnya diangkat tinggi-tinggi.


Dia mendapatkan orgasme pertamanya setelah ku rangsang dan ku oral selama 15 menit. Tak ayal cairan nonoknya pun membasahi hidung dan mulutku. Aroma dan rasa yg khas membuatku makin bernafsu terus kuhisap semua cairan yg keluar dari lubang itu sampai habis. Setelah jepitan pahanya agak melonggar, aku langsung kembali ke sampingnya. Kucium bibirnya sambil kubelai-belai toketnya. “Enak, ga ?” tanyaku. “Enak banget, aku sampai lemes banget. Mas Adi pasti udah sering ya, kok pengalaman banget?” tanyanya *dalam situasi seperti ini, kalau aku jujur aku sdh pernah ML sama 3 cewek sebelum dia bisa merusak suasana* maka kujawab “ aku baru pertama sama kamu ini kok. Aku Cuma sering liat BF aja” “wah, pantes, belajarnya dari film” kata Sella sambil tersenyum dan memelukku. Setelah 1 menit, dia mencium bibirku dan bertanya “sekarang aku mesti gimana buat gentian muasin mas Adi?” Aku pun tersenyum dan melirik penisku yg kepalanya sdh keluar dari batas celana dalamku.


Dia tersenyum, lalu mulai bergerak membuka celana dalam yg aku kenakan. Dia memegang penisku lalu bertanya “mau diapain ini mas?” pertanyaan lugu yg menggoda, tapi karena malas basa-basi lagi aku pun menjawab “masukin ke nonokmu donk, tapi sebelumnya diisep dulu” dia tersenyum, lalu mulai mengocok pelan penisku. Setelah agak keras, dia mulai memasukkan junior ke dalam mulutnya dan menghisapnya, tapi karena memang belum pernah (setidaknya menurut pengakuannya) maka rasanya pun tidak terlalu enak. Agak sakit malah, karena beberapa kali menyentuh giginya. “jangan kena gigi donk yg, sakit” kataku. “aduh mas, sorry, aku ga bisa kaya gini” jawabnya “Mas langsung main aja yah, aku pasrah kok” katanya. Lalu dia berbaring disampingku sambil membuka kedua kakinya.


Melihat posisi itu, aku pun bangkit, kujilati sebentar klitorisnya supaya agak basah, dia mulai mendesah pelan. Kubasahi juga ujung penisku dengan sedikit air liur, lalu mulai kugesek-gesekkan di depan lubang nonoknya. Meski mengaku sdh tidak perawan karena paksaan mantan cowoknya, ternyata lubang nonok Sella sangat sulit ditembus. Masih sangat sempit, dan aku ga tega ketika sedikit memaksa mendengar dia menjerit tertahan, “aduh mas, sakit mas…” maka kutunda lagi memasukkan penisku dalam nonoknya. Sambil tetap kugesek-gesek, aku mulai mendorong ketika kurasa sdh cukup basah, berhasil masuk kepala penisku masuk kedalam nonoknya. Di sinilah aku merasakan perbedaan antara nonok Sella dengan nonok milik Ira, Dewi dan Novi yg pernah kurasakan seblumnya. Kalau nonok lain kenikmatan itu sangat terasa ketika aku memasukkan penisku dalam-dalam, maka nonok Sella terasa sangat menjepit justru ketika baru sepertiga penisku masuk. Maka aku pun, hanya menggerakkan penisku maju mundur di titik itu.


Namun berbeda dengan yg kurasakan, Sella justru sangat kesakitan dengan cara itu. “mas, cabut dulu mas. Sakit mas” ujarnya. “ya, bentar yah, aku enak bgt nich sayang” kataku. Dia seperti menahan rasa sakit, bibirnya digigit. “mas, udah dulu donk…sakit nich, perih…” katanya lagi. Sebenarnya aku ga tega, tapi aku pun merasakan kenikmatan dengan hanya bermain di permukaan nonoknya itu. Akhirnya aku mengalah dan memutuskan untuk mencabut penisku dari nonoknya. Namun sebelum mencabut, aku ingin mencoba memasukkan keseluruhan batang penisku dalam nonoknya, maka kudorong penuh penisku ke dalam nonoknya, sedalam aku bisa, namun ternyata mentok dan aku bisa bisa merasakan dinding rahimnya tepat di depan kepala penisku . Saat itulah aku merasakan perubahan pada diri Sella. Dia yg semula menahan sakit sambil menggigit bibir dan memejamkan mata, tiba-tiba matanya terbuka lebar, mulutnya menganga tertahan. “mmmaaaassssss……” suaranya tertahan dan bergetar. “Eeennnnnaaaaakkkk bbaaaannggeeettttt mmmaaasss….”katanya. Tangannya mencengkram erat kedua lenganku. Sesaat kemudian dia berubah makin liar, setiap kali aku tarik mundur penisku, dia justru memajukan nonoknya seolah tidak mau melepaskan sedikit pun penisku dari nonoknya. Tangannya memelukku erat, kemudian tubuhnya tiba-tiba mendorongku berguling ke kanan sehingga sekarang dia berada di atas tubuhku.


Dia tetap memelukku erat sambil menggoyangkan pinggulnya ke semua arah, maju-mundur, kanan-kiri, depan-belakang bahkan diselingi memutar, aku yg merasakan perubahan ini kemudian mulai mengatur posisi, kuluruskan kedua kakiku dan menbiarkan tubuh Sella menguasaiku, dia menggerakkan pinggulnya ke segala arah bagai kesetanan, aku berusaha mengimbangi gerakannya dengan melawan arah setiap gerakan pinggulnya. Tetes keringat kami membasahi kasur, tapi keganasan Sella seolah tidak akan berakhir. Beberapa saat kemudian tiba-tiba dia menekan dalam-dalam pinggulnya. Tangan kanannya mencengkram lengan kiriku dan tangan kirinya menjambak rambutku. Penisku seperti diremas-remas dengan kuat oleh nonoknya dan dia menjerit tertahan “aaaaaccchhhh……” tubuhnya mengejang, kaku sesaat lalu ambruk diatas tubuhku. “enak banget mas..enak banget….aku pengen ******* terus ama kamu kaya gini. Enak banget” ujarnya berbisik di telingaku.


Aku hanya tersenyum mendengar kata-katanya, sementara Sella masih terbaring lemas diatas tubuhku, penisku yg masih menancap dalam nonoknya bergerak-gerak mencari perhatian ;p dia pun merasakannya, dan mulai bangkit. “mas, aku lemes banget, mas diatas aja dech, aku pasrah. Udah lemes bgt nich”katanya. Dia lantas menjatuhkan tubuhnya, dan sambil membuka lebar tangan dan kakinya, dia berkata nakal “aku pasrah mas, perkosa aku, nodai diriku sepuasmu…..” sambil tersenyum nakal. Aku pun langsung, naik ke atas tubuhnya. Sengaja kuangkat kedua kakinya sambil kulingkarkan di pinggangku. “gini, biar kerasa makin enak” kataku, sesaat kemudian aku mulai mendorong penisku masuk dalam nonoknya.


Ini perbedaan kedua antara nonok Sella dengan nonok lain yg pernah kurasakan, meski basah karena cairan orgasme sebelumnya, tapi ketika kumasukkan, tetap aja penisku rasanya seperti dijepit dengan kuat. Aku pun mulai menggoyang pinggulku maju-mundur. Setelah melihat liarnya Sella saat kumasukkan dalam penisku , dan merasakan kenikmatan nonoknya saat di permukaan, maka kucoba memainkan masuknya penisku dengan ritme 3 plus 1, yaitu tiga kali aku dorong dengan hanya memasukkan sepertiga penisku, dan kemudian satu kali dorongan dalam yg memasukkan penisku sedalam-dalamnya sampai terasa mentok di dinding rahim Sella. Dan efeknya, meski mengaku sdh lemas, tapi tiap kali aku dorong dalam penisku dalam nonoknya, tubuh Sella seperti mengejang. Pinggulnya ikut terangkat tiap kali aku menarik penisku, dan suaranya tertahan “mmaaasss….” Dia terus meremas lenganku dan menggigit kuat bibirnya sendiri. “mmmaaasss, jangan nyiksa aku doonkk… masukin yg daallleeem dddooonnkkk….” Pintanya dengan mata sayu menatapku dan suara bergetar. Karena kasihan, aku pun langsung menaikkan ritme goyanganku dengan mendorong dalam penisku dalam nonoknya.


Dan Sella kembali kesetanan, dia membalas setiap tusukan penisku dengan gerakan pinggul yg ke segala arah, bahkan tangannya meremas erat kedua pantatku sambil menakannya agar makin dalam masuk dalam nonoknya. “mmass, dalam lagi mmaaass, masukkiinn dalem lagi…eennaakk bangeettt masss….”ujarnya. Dan gerakan pinggulnya pun kurasakan makin terasa nikmat ketika nonoknya terasa memijat dan meremas-remas penisku, dan ini membuat aku pun mulai merasakan cairan lahar putih akan mulai muntah dari penisku. “Sella, aku mau keluar sayang, aku tarik yah” kataku. Sella mengangguk, namun gerakan pinggulnya dan tangannya berkata sebaliknya, pinggulnya justru makin terangkat ke atas, sedangkan tangannya makin menekan pantatku untuk makin masuk ke dalam nonoknya. Sementara didalam pun penisku terasa makin kuat disedot, diremas dan dipijat otot-otot nonoknya. Akhirnya karena tak tahan aku pun memuntahkan pejuhku dalam nonoknya. Crot.. crot.. crot..dan sedetik kemudian Sella kembali mengejang, badannya kaku dengan posisi tangan menekan pantatku agar makin mendorong masuk penisku dalam lubang nonoknya.


“mmaaasss….aaaccchhhh….eeennna aakkkk” suaranya tertahan dengan suar bergetar. Aku segera mencabut penisku dari nonoknya dan menjatuhkan badanku disampingnya. Kulirik jam di HPku, jam 7 kurang 20 menit. Berarti sekitar 3,5 jam kami memadu kasih dan mengejar surga dunia. Aku mencium bibirnya sambil meremas toketnya. “Aku sayang kamu, mas…” kata Sella. Kami pun kembali tertidur sampai jam 10 pagi Setelah itu kami mandi bersama. Setelah sarapan aku kembali mengantar Sella ke terminal bus untuk kembali ke kota S.


Sejak saat itu, aku berpacaran dengan Sella. Hubungan kami sempat berjalan selama sekitar 2 tahun, sampai akhirnya dia dijodohkan dengan seorang tetangga kampungnya di Pekalongan. Sekarang dia telah memiliki 2 anak dan tinggal di kota S. Yg tidak pernah Sella tahu, bahwa dia bukan wanita pertama yg bercinta denganku, dan bahwa selama 2 tahun hubungan kami pun aku beberapa kali bercinta dengan wanita lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar