UNITED4D - Suatu saat tetangga saya akan mengadakan pesta hajatan perkawinan anaknya, sebagai tetangga yang baik tentu saja saya dan anak-anak muda kampung saya saling mengulurkan tangan untuk membantu sebisa yang kami lakukan untuk meringankan beban pekerjaan demi suksesnya penyelenggaraan hajatan tersebut.
Gambaran denah sekitar rumah saya kira-kira seperti ini, di kanan saya adalah orang yang punya gawe tersebut, dan sebelah kiri saya masih berbentuk kebun pisang yang lumayan lebat yang menyambung hingga sebagian belakang rumah saya, sementara di depan saya ada beberapa rumah yang merupakan tetangga saya yang terdiri dari seorang janda muda, dan beberapa keluarga yang nantinya akan menjadi benang merah dalam cerita saya ini.
Singkat cerita, kira-kira sudah sebelas hari setelah hajatan usai. Di suatu malam yang sunyi saya sedang tidak dapat memjamkan mata entah karena apa, maka sambil memakai sarung saya pun beranjak keluar rumah. Pintu rumah saya kunci, lalu saya berjalan berkeliling rumah untuk memeriksa keamanan, siapa tahu ada maling yang iseng mau mencuri pisang setandan. Setelah lama berkeliling kebun dan mengitari rumah-rumah sekitar saya, saya seperti mendengar suara-suara mencurigakan yang berasal dari sebuah rumah di dekat saya. Saya tajamkan pendengaran sambil mengamati jam di pergelangan tangan saya, sudah pukul dua dini hari ternyata, masih ada saja yang sedang berbincang. Untuk memenuhi rasa penasaran, saya dekati sumber suara yang ternyata berasal dari rumah tetangga saya yang kemarin dulu baru hajatan itu.
Saya dengarkan ternyata suara itu berupa rayuan-rayuan lirih dan desahan. Wah, rupanya tetangga saya ini sedang asyik bercinta rupanya. Maka sifat iseng saya kumat, berupa keinginan untuk mengintip mereka. Dikarenakan rumah mereka masih semi permanen dan banyak dinding bambunya, maka keinginan saya menjadi semakin termudahkan. Saya intip dari sebuah lubang yang saya buat pada dinding bambu tersebut, dua manusia lain jenis yang sedang bergumul diatas ranjang tanpa sehelai benang pun diterangi dengan lampu 18 watt menjadi semakin terlihat jelas.
Adegan demi adegan yang saya intip tersebut menjadikan kemaluan saya tegang, maka saya keluarkan kemaluan saya setelah melihat kiri kanan tidak ada seorangpun dan saya kocok perlahan sambil mengintip, asyiknya swalayan sambil melihat adegan tanpa sensor tersebut. Setelah beberapa lama saya pun ejakulasi ditempat. Setelah memastikan aman, saya beranjak pulang menuju rumah saya namun ditengah kegelapan malam saya lihat sesosok bayangan juga berkelebat menjauhi rumah yang baru saja saya intip. Rasa penasaran saya kumat, namun bayangan tersebut segera hilang dan saya pun merencanakan untuk memergoki siapa yang mempunyai sosok misterius itu keesokan malamnya.
Namun baru pada malam keempatlah saya berhasil memergoki sosok misterius tersebut yang tak lain adalah Mbak Yanti, janda muda depan rumah saya.
"Mbak, lagi ngapain malam-malam begini?" Tanya saya ketika sudah berhadapan dengannya.
"Anu… mas, lagi cari angin, nggak bisa tidur sih" Katanya berkilah padahal saya tahu dia habis ngintip orang ML, Mbak Yanti selalu memanggil saya Mas walaupun usia saya lebih muda darinya
"Tapi udah hampir jam 3 dini hari lho Mbak!"
"Iya, tadi mbak cuma muter-muter sekitar sini aja kok"
"Saya anterin pulang ya" saran saya.
"Emm.. boleh" katanya mengiyakan.
Lalu saya antar si janda muda tadi pulang kerumahnya. Sesampainya di rumahnya, ia mempersilakan saya untuk mampir sebentar untuk dibuatkan sekedar teh jahe hangat untuk menghangatkan badan katanya. Setelah teh terhidang dan saya hirup, kami berbincang-bincang sebentar.
"Tadi katanya mbak muter-muter sekitar sini?" tanya saya menggoda
"Iya, emang ada apa sih mas?" jawabnya serius
"Berarti mbak denger dong?"
"Denger apaan?"
Lalu saya pun membeberkan cerita beberapa malam yang lalu hingga ke detilnya, nampak wajah perempuan muda berusia 32-an itu merona merah, yang berarti tepat dugaan saya.
"Mas jangan bilang siapa-siapa ya?" rajuknya.
"Lho Emang kenapa?" Tanya saya berlagak pilon.
"Saya kan malu"
"Trus imbalannya apa nih?" tantangku
Mbak Yanti beringsut mendekati saya dan membisikkan sesuatu ke telinga saya.
"Bagaimana? mau apa nggak?" Tanyanya menantang saya dan saya pun menganggukkan kepala saya tanda setuju.
Saya ikuti Mbak Yanti menuju kamar tidurnya, dengan diterangi bola lampu kuning 20 watt kamar tersebut nampak remang-remang, namun dengan demikian saya lihat dia semakin manis saja. Setelah saya tutup pintu, Mbak Yanti merentangkan tangannya yang segera saja saya peluk tubuh sintal itu. Kami berdekapan lama sebelum saya mulai untuk mengulum bibirnya yang penuh. Mbak Yanti pun membalasnya dengan ganas sambil sesekali mempermainkan lidah saya.
Tangan saya aktif bergerilya menggerayangi bagian-bagian sensitif tubuhnya terutama payudaranya yang montok menantang itu, sementara Mbak Yanti menelusupkan tangannya kedalam celana saya mengelus-elus kemaluan saya yang tegang.
"Sambil tiduran yok, Mbak!" Bisik saya yang langsung diiyakan olehnya.
Mbak Yanti telentang di atas ranjang, lalu saya memburu tubuhnya sambil menarik keatas kain dasternya sehingga tersingkap paha mulusnya dengan celana dalam krem yang menggembung. kami lalu melanjutkan saling pagut dan raba untuk beberapa lama. Mbak Yanti melepas dasternya dan saya melepas seluruh pakaian yang menempel ditubuh saya, kemaluan saya yang mengacung tegang digenggamnya dengan mata berbinar-binar yang lalu dikocok dengan lembut sesekali, dan diisapnya perlahan.
Mbak Yanti terpekik lirih saat saya lepas dan saya lempar secarik kain yang menutupi pinggulnya itu lalu kami pun bermain gaya enam sembilan dengan ganasnya. Kadang kemaluan saya digigitnya lirih sehingga saya terlonjak, dan saya balas dengan mempermainkan kelentitnya dan mengorek lubang memeknya lebih dalam lagi dengan lidah saya hingga ia mendesah-desah. Lalu kami pun beristirahat.
"Ayo dong Mas, lanjutin biar tuntas!" Bujuknya sambil memeluk saya dari belakang dan meremas kemaluan saya.
"Bentar, Mbak! Emang udah berapa lama sih nggak nglakuin gituan?" Bisikku sambil mengusap-usap tangannya.
"Ya… dua tahunan ada mungkin"
"Bisa tahan ya" kataku menggoda.
Dijawabnya dengan tertawa kecil sambil mencubit puting susu saya. Digoda seperti itu, sayapun berbalik dan menerkam tubuhnya dan menggelutinya lagi, hingga ia kelabakan. Wajah manisnya dipenuhi rambut panjangnya yang awut-awutan, sementara leher dan dadanya banyak tanda kemerah-merahan akibat gigitan saya.
"Ayo Mas! punyaku udah basah banget!" Katanya sambil terengah-engah.
Mbak Yanti mengangkangkan pahanya lebar-lebar sehingga lubang kenikmatan kemerah-merahan itu tampak merekah, saya dorong perlahan kemaluan saya untuk menyodoknya. Saya rasakan sensasi berbeda yang saya dapatkan sewaktu bercinta dengan Mbak Irma dulu. Baru kepalanya yang masuk, saya tahan beberapa lama lalu saya permainkan dengan mendorong-dorong kemaluan saya namun tidak sampai memasuki liang itu sepenuhnya, lalu saya cabut. Saya masukkan lagi separuhnya dan saya ulangi seperti tadi.
"Masss! Ayo dong...!" Rajuknya.
Secara perlahan saya masukkan batang kemaluan saya kedalam memeknya itu, namun sekarang Mbak Yanti lebih pintar, ketika saya masukkan kemaluan saya, ia mengerutkan memeknya sehingga sensasi yang saya dapatkan menjadi berlipat-lipat nikmatnya dan saya merasa engan untuk menarik kemaluan saya untuk lepas dari liang kewanitaannya itu sampai akhirnya kemaluan saya pun masuk dengan mulus tanpa hambatan apa pun.
Saya peluk tubuhnya.
"Mbak, lubangmu sudah terlalu besar" kata saya menggodanya.
"Kubuat kamu nanti meminta lagi! Ayo!" Bisiknya.
Lalu mulai saya maju-mundurkan tubuh saya secara perlahan dan Mbak Yanti mengalungkan pahanya ke pinggul saya dan menggoyangnya kekiri dan kanan, sembari diselingi desahan-desahan kenikmatan, suara berkecepok dua kemaluan yang beradu dan derit ranjang kayu, kami saling berpacu berbagi kehangatan untuk mengatasi dinginnya udara dini hari itu.
"Nggak bangun nanti anaknya mbak?" Tanya saya mengingatkan pada anaknya yang berusia 2 tahun itu.
"Tenang aja Mas! " Bisiknya parau menahan kenikmatan.
Setelah beberapa lama, saya cabut kemaluan saya, dan saya minta Mbak Yanti untuk nungging. Saya selipkan kemaluan saya diantara pahanya dan masuk menembus memeknya dari belakang. Saya genjot perlahan sambil mempermainkan kedua payudara montoknya yang bergantung bebas itu. Sementara Mbak Yanti yang bertumpu pada lutut dan tangannya hanya bisa berdesah dan mengoyang-goyangkan kepalanya menyibak rambut panjangnya. Sesekali saya tarik rambutnya itu hingga ia terpekik lirih, dan saya ciumi lehernya sambil tetap mendekap dadanya.
"Mass... aahhh... ohh! ooohh… ooh, dalemin lagi… ahhh!" desahnya.
"Enaaak, mbaaak! aakkh... shh… aahh!"
Lalu saya cabut lagi kemaluan saya dan saya minta Mbak Yanti berbaring miring dan kami saling berhadapan. Saya lumat bibirnya, sementara tangannya membimbing kemaluan saya untuk memasuki lagi liang kewanitaan nya. Ketika tubuh kami yang berkeringat ini bersatu dan saling merapat, sambil saling melumat bibir, kami menggerak-gerakkan pinggul kami berdua dengan saling memeluk.
Mungkin terasa kurang nyaman, akhirnya saya mengangkat tubuhnya dan menelentangkannya kembali dan kembali ke posisi awal, untuk saya genjot lebih cepat.
"Ohh... oohh… yeahh... aahhh… teruuuusss maaasss…" Desahnya.
"Iyaaah, Mbaaak! ayoo... goyang dong" Bisikku.
Saya rentangkan tangan Mbak Yanti dan saya genjot tubuh yang berkilat karena keringat itu cepat-cepat sehingga payudaranya bergoyang-goyang merangsang tangan untuk sesekali meremasnya.
"Aaaahhhh... Maaaaass... dalemin lagiiii… oohhh…” Desahnya.
Semakin saya genjot tubuh moleknya
Tak beberapa lama saya rasakan tubuhnya mulai mengentak-entak sebelum akhirnya memeluk saya erat-erat seakan hendak meremukkan tulang saya, dan saya pun semakin semakin mempercepat gerakan saya hingga suatu saat kemaluan saya terasa panas sekali hingga menggetarkan seluruh tubuh saya, dan saya pun terkulai lemas di atas tubuh Mbak Yanti.
"Makasih Mas! Udah berpengalaman ya?" Sindirnya setelah nafasnya mulai teratur.
"Yah... ini baru pertama kok" Kata saya berbohong, padahal saya sudah mendapatkan pengalaman sex berkali-kali dengan Mbak Irma.
"Ah, masa! Bohong lah" katanya sambil mencubit pipi saya.
"Udah hampir pagi nih Mbak! Aku mau pulang dulu ya!"
"Iya, hati-hati ya"
"Kalo besok aku minta lagi gimana?" Tanya saya menggodanya.
"Tuh kan! boleh aja, pokoknya lepas tengah malam. Dan hati-hati, jangan ada orang tahu ya!" Jawabnya.
Lalu saya cium bibirnya sebelum saya benahi pakaian saya untuk saya kenakan lagi sambil melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 4 lebih sedikit. Dan saya pun pamit pada Mbak Yanti dan keluar mengendap-endap dari rumahnya untuk kemudian masuk ke rumah saya dan membaringkan tubuh saya di atas kasur sambil membayangkan kembali kejadian barusan dengan penuh rasa puas.
Dan hari-hari selanjutnya kami pun asyik bercinta dengan lebih ganas, Mbak Yanti dengan telaten melayani saya hingga saya merasa puas, dan saya belajar berbagai variasi permainan sex dari Mbak Yanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar