UNITED4D - Saya menjabat sebagai Kepala Cabang perusahaan ternama disalah satu kota di Jawa Barat. Dalam pekerjaan saya, ada seorang yang bernama Tika, dia adalah asisten saya. Dia sudah bersama saya selama kurang lebih 3 tahun. Tika sangat menarik, dandanannya cukup simple, namun suka pakai rok mini. Dalam pekerjaan sehari-hari saya dan Tika hanya membicarakan tugas, tidak pernah melenceng ke hal-hal yang berbau sex, walaupun saya sering mencuri-curi ke arah pahanya yang mulus, yang tidak tertutup oleh rok-nya yang mini.
Saya sering menghampiri meja kerjanya untuk membicarakan tugas, dan Tika dengan santainya membicarakan serius tanpa gaya merayu atau apapun. Paha yang terlihat pun tidak berusaha untuk ditutupinya. Pokoknya hubungan saya dengan dia hanya sebatas pekerjaan.
Sudah jadi hal rutin untuk saya berkunjung ke kantor pusat Jakarta untuk urusan rapat ataupun hal lain. Namun kejadian minggu lalu adalah hal yang benar2 berbeda. Undangan rapat tiba dan kantor pusat memanggil kami untuk rapat membicarakan krisis, karena cukup penting maka kantor pusat memanggil beberapa staff cabang saya termasuk Tika.
Saya menyampaikan ke Tika bahwa dia yang saya utus untuk hadir di Jakarta, walaupun sebenarnya saya memang rencanakan untuk hadir juga dusana. Jadi saya booking tiket pesawat secara terpisah.
Tibalah pada hari H, saya langsung check in di counter Garuda, saat boarding sengaja saya masuk pesawat paling akhir, sambil jalan di gang saya lihat penumpang dan terlihatlah Tika yang sudah duduk di kursi dekat jendela. Belum selesai dia terkaget akan kehadiran saya, saya sudah langsung bilang bahwa saya putuskan untuk ikut rapat. Dalam perjalanan hampir dua jam lebih saya hanya bisa melihat Tika dari belakang, karena saya dapat kursi paling belakang sedangkan Tika ada ditengah.
Saat mendarat di Jakarta, langsung saya menghampirinya dan saya jelaskan bahwa saya memutuskan untuk ikut karena pentingnya rapat ini, dan Tika pun hanya mengangguk sembari menjawab “Ya Pak” dengan nada pelan, dengan muka yang terlihat sedikit kebingungan.
Dari Airport Jakarta kami langsung menuju ke Hotel tempat kami meeting dan menuju ke salah satu Ballroom untuk mengikuti meeting. Karena waktu yang mepet sekali, kami langsung menuju ke Ballroom tsb tanpa check in kamar terlebih dahulu. Rapat pun berjalan serius dan berakhir sore hari.
Saya langsung menyuruh Tika untuk check in ke resepsionis. Tika sempat menanyakan apakah saya mau check in kamar juga. Saya jawab nanti saya susul setelah saya menemui atasan di Ballroom itu.
Selesai berbicara dengan atasan saya, saya menuju ke resepsionis, dari jauh saya melihat Tika dari belakang dengan rok mininya serta terlihat pahanya yang mulus yang sudah saya hafal benar…
Saya pun mendekati Tika dan ketika melihat saya dia langsung bertanya, “Bapak mau check in juga?” Saya hanya bilang “kamu check in saja dulu, saya nanti nyusul”.
Selesai check in Tika menuju lift untuk menuju ke kamar, saya mengikutinya sambil membicarakan tentang rapat tadi. Tika pun masuk lift, memasukkan kartu kamarnya dan menekan tombol lantai 17. Didalam lift saya mengatakan bahwa kamar hanya pesan satu, dan saya tanya Tika apakah dia keberatan kalau saya tidur di kamar dia, plus saya tambahkan sekalian menghemat anggaran kantor cabang, toh cuman untuk tidur saja.
Tika terlihat bingung namun juga tidak bilang keberatan atau tidak, sambil jalan ke kamar yang dituju. Sesampainya di kamar saya langsung aja menaruh koper kecil saya, dan Tika sempat menanyakan apakah saya serius mau sekamar dengannya.
Saya tegaskan lagi bahwa kalau hanya untuk tidur semalam gak ada masalah. Akhirnya sambil terheran-heran Tika mengiyakan, tanpa menyebut syarat-syarat. Kami pun mulai melepaskan baju kantor kami, saya lepas di kamar dan Tika masuk ke kamar mandi untuk ganti baju sekaligus membersihkan diri.
Saya hanya bilang seharian capek kita gak usah keluar makan, kita order room service saja, Tika pun langsung setuju. Sambil menunggu makanan room service saya pun mandi, namun dalam otak ku hanya terbayang tubuh Tika yang mulus.
Setelah kami makan, Tika kembali ke kamar mandi (saya pun tidak tahu apa yang dia perbuat), saya santai sambil nonton TV di kamar, duduk di sofa yang empuk. Interior hotel yang indah membuat suasana sangat romantis, ditambah sinar lampu yang pas.
Tika pun keluar dari kamar mandi dengan menggunakan daster warna kuning muda, sambil berbaring di ranjang dan ikut menonton TV. Dia menanyakan mengenai posisi tidur, karena ranjang yang kami dapat adalah King Size Bed. Saya hanya bilang saya biasa di sebelah kanan, maka Tika pun langsung ke sebelah kiri.
Tika tidak menyukai tayangan di TV, jadi dia bilang mau tidur. Sepuluh menit kemudian saya pun ke tempat tidur, lampu saya redupkan, dengan hati yang berdebar.
Lima menit, sepuluh menit berlalu, saya tidak bisa langsung tidur. Saya lihat Tika pun beberapa kali ganti posisi. Yang pasti Tika belum bisa tidur juga, mungkin karena ada saya di sebelhnya.
Setengah jam pun berlalu, kondisi masih sama, dia masih gelisah, begitu pula dengan saya. Melihat lekukan tubuh Mira yang memunggungi saya membuat pikiran saya menjadi tak karuan. Sempat terbesit dalam pikiran saya untuk bisa melihat dan menikmati apa yang berada di balik daster berwarna kuning muda itu.
Sampai pada akhirnya tanpa sadar saya usap daster Tika dari belakang. Dan tiba-tiba Tika membalikkan badannya. Saya pun sedikit terkejut karena saya pikir dia akan marah, tapi ternyata tangannya malah membalas usapan saya.
Saya langsung mendekat dan memeluknya. Tidak ada tanda penolakan sedikitpun dari Tika, malah dia pun memulai gerakan erotisnya, seperti sudah terangsang dengan sentuhan lembut saya di tubuhnya. Perlahan tangan saya turun hingga sampai berada di pahanya yang mulus. Paha yang sering saya tatap di kantor itu sekarang ada di genggaman. Tangan jahil saya pun mulai meraba hingga ke arah vaginanya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi saya langsung perlahan melepas dasternya yang lembut. Dan sekali lagi Tika pun tidak menolaknya, bahkan wajahnya dibuat manja, sehingga saya tak tahan untuk menciuminya.
Lepaslah sudah daster kuning muda itu, lalu dari wajah saya turun menciumi leher, pundak, dan akhirnya menuju ke ketiaknya yang bersih tanpa bulu, Tika pun mulai mengerang-ngerang nikmat.
Puas menciumi ketiaknya, saya menuju payudaranya yang kencang pertanda birahi. Beberapa saat kemudian saya menelusuri perut hingga tiba di vagina nya yang masih tertutup celana dalam.
Saya nikmati celana dalamnya nya yang halus di remang-remang kamar Hotel yang romantis. Tika mengenakan celana dalam biasa (bukan lingerie) warna krem dengan gambar kecil panda lucu.
Perlahan sambil menikmati celana dalamnya, saya melepasnya dan melihat vaginanya yang ditumbuhi rambut halus yang natural. Foreplay pun dimulai dengan berbagai posisi dan bertaburan kecupan dari masing-masing. Saya sadar bahwa Tika pun sudah siap setelah meraba vaginanya yang sudah licin sekali.
Saya pun melepas busana secepat kilat. Saya dekatkan penis saya ke vagina Tika yang berbaring di ranjang. Tika pun langsung menggenggam penis saya dan menuntunnya menuju ke lubang vaginanya yang sudah sangat basah itu.
“bleesss…” penis saya yang keras secara perlahan tapi pasti masuk ke vaginanya. Wow, beberapa kali goyangan di vagina yang licin sempat membuat penis saya hampir muntah, tapi saya pakai teknik untuk mengurangi sensitivitas.
Beberapa posisi saya coba sampai pada saatnya Tika yang sedang berada diatas saya tiba2 mengerang sambil saya rasakan vaginanya makin kuat menjepit penis saya. Dan saat itulah Tika mengalami orgasme yang hebat.
Tak kuasa saya melihat sambil merasakan vaginanya yang sedang beraksi, saya pun mencapai puncaknya, namun saya langsung sadar bahwa saya belum pernah membicarakan soal kontrasepsi yang dia pakai (gak tahu pakai atau tidak), dengan berat hati saya langsung angkat sedikit tubuh Tika agar penis keluar segera dari vaginanya, dan muntahlah sperma saya di tubuh saya sendiri, sedikit mengenai perut Tika.
Tanpa ijin Tika saya langsung tarik daster kuning mudanya untuk mengelap sperma yang berceceran, dai pun tidak sempat komplain karena dia masih lemas dan penuh kepuasan.
Dalam hitungan menit, kami berdua tertidur lelap tanpa busana, hanya berselimutkan selimut putih tebal yang lembut.
Ketika matahari pagi mulai bersinar, korden kamar hotel yang tidak tertutup rapat menembuskan sinar matahari pagi yang mebangunkan kami. Tak tersadarkan saya bangun sambil memeluk perut Tika yang ramping dan mulus.
Saya pun mulai mengusap kelembutan kulitnya, kuciumi bibirnya dan Tika pun terbangun. Beberapa pelukan pun terjadi yang membuat penis saya memanjang lagi, tanpa basa basi yang panjang saya pun terlibat dalam permainan yang tidak kalah serunya, kali ini to the point karena semuanya sudah terbuka.
Beberapa kalai kami berganti posisi bagai pegulat profesional, hingga akhirnya posisi saya diatas dan terus menggenjot vagina tika yang licin. Lebih lama dari pergulatan semalam, saya mampu menahan klimaks, Tika pun terlihat sudah mencapai orgasme, lalu saya pustuskan untuk memuntahkan sperma saya, sekali lagi diluar vaginanya. Rambut kemaluannya pun terlihat berceceran sperma.
Setelah berpelukan dan bermesraan romantis, kami pun segera mandi bersama, mengingat waktu yang harus kami kejar untuk rapat hari kedua, kami pun hanya mandi bersama plus sedikit saling mengusap dengan sabun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar