UNITED4D - Namaku Siska, aku berasal dari Tegal untuk mengubah nasib aku merantau ke Jakarta sebagai pembantu rumah tangga dan merangkap sebagai baby sister. Di Jakarta aku ikut di keluarga yang lumayan sibuk, kedua majikanku bekerja semua dan mereka baru saja mempunyai seorang anak yang masih berumur 6bulan. Selain dengan kedua majikan dan anaknya disitu juga tinggal adek dari nyonya majikan namanya Ardito. Aku biasanya memanggil dia dengan sebutan mas Dito. Dia baru lulus kuliah dan sedang mencari pekerjaan.
Baca Juga :
Cerita ini bermula saat kedua majikanku dan anaknya sedang liburan ke Jepang. Aku disuruh jaga rumah dengan mas Dito.
Senja hari pun tiba Mas Dito baru pulang dari main ke rumah temannya dan menyapa aku,
“Sore Siska…sendirian aja nih”
“Iya mas…” jawabku singkat.
Mas Dito orangnya ramah dan baik hati. Kadang kalau habis pulang dari main dia membawakan aku makanan ringan. Seperti saat sore itu juga dia membawakanku sebungkus makanan.
“Nih mbak kubelikan kue bandung untuk mbak Siska” katanya sambil tersenyum manis.
“Iya mas, terima kasih…kog repot-repot sih mas” jawabku tersipu malu.
“Gakpapa kog mbak, kasian mbak Siska dari pagi kan jaga rumah sendiri” katanya sambil meraih handuk dan melangkah menuju kamar mandi.
Singkat cerita setelah mas Dito selesai makan malam kami berdua duduk di ruang tengah sambil nonton TV. Tepat puku 10 malam mas Dito masuk ke kamarnya. Kejadian seperti ini telah berlangsung 2hari berturut-turut. Aku merasakan ada hal aneh yang terjadi pada diriku. Aku merasa telah jatuh cinta pada mas Dito. Dan di malam ketiga mas Dito menunjukan rasa sayang kepadaku. Entah aku yang ke GR’an atau mas Dito juga telah jatuh cinta padaku.
Malam itu seperti biasa setelah m,akan malam kami berdua di ruang tengah untuk menonton TV, namun kali ini mas Dito duduknya persis berada di sampingku. Hati jadi berdebar tak menentu, antara perasaan senang dan gugup. Dia tiba-tiba menggenggam tanganku dan berkata,
“Mbak kamu kog cantik banget sih, tak hanya itu kamu juga ramah dan lembut, aku sayang padamu”
Mendengar kata-kata itu wajahku jadi merah padam menahan malu bercampur senang karena ternyata mas Dito juga merasakan hal sama seperti yang kurasakan.
“Maaf mas Dito, saya hanya perempuan desa dan disini saya hanya pembantu jadi mana mungkin saya berani membalas rasa sayang mas Dito” jawabku sambil kutundukan wajahku.
Tapi kemudian dia merapatkan duduknya semakin rapat ke tubuhku. Diraihnya daguku dan diangkat keatas, tanpa aba-aba dia pun lantas mencium lembut bibirku. Aku tak bisa menolak ciuamnya itu karena aku sebetulnya juga sangat sayang padanya. Selang beberapa menit saja dia melepaskan ciumannya
“Terima kasih mbak telah menyambut dengan hangat ciumanku” katanya sambil menatap dalam mataku.
Aku tak kuasa mengucapkan sepatah katapun, aku hanya bisa mengangguk.
“Mbak Siska takut ya?”
“Iya mas, mana mungkin aku bisa membalas sayang mas Dito kan kita berbeda”
“Jangan berkata begitu mbak, kita kan sama-sama manusia tidak ada kasta yang membedakan, kita bebas mencintai siapa saja, entah itu kaya ataupun miskin, derajat kita sama di mata TUHAN”
Aku lagi-lagi cuma mengangguk dan kemudian berpamit untuk tidur duluan. Aku segera bangkit dan beranjak ke kamarku. Tapi mas Dito juga ikut berdiri dan menggandeng tanganku, dia ikut masuk ke dalam kamarku. Di depan pintu kamarku dia mendekapku erat dan mencium lagi bibirku. Tapi kali ini ciumannya lebih liar. Lumatannya seperti hendak menelan seluruh bibirku, lidahnya dimainkannya di bawah langit-langit mulutku, membuat darah mudaku mendesir ke seluruh ujung-ujung sarafku. Dia merangkulkan tangan kirinya di leherku dan aku merangkulkan kedua tanganku di pinggangnya. Kali ini bibirnya mulai lepas dari bibirku dan menjelajahi leherku dan belakang telingaku, sehingga membuatku nafsuku semakin bergejolak. Akupun mulai mengeluarkan desahan.
“Aaaaahhh…maaasss…”
“Siska aku sayang kamu” bisiknya di telingaku.
“Aku juga sayang sama mas Dito” balasku.
Kemudian dia menuntunku masuk ke dalam kamarku dan menyuruhku duduk di pinggir kasur. Aku hanya bisa pasrah. Di dalam kamar dia kembali menciumi bibirku dengan ganasnya. Aku tak bisa lagi menahan diri ingin sekalai rasanya aku menyerahkan keperawananku pada mas Dito sebagai bukti bahwa aku benar-benar mencintainya.
Nafas kami semakin memburu, desahanku semakin menjadi-jadi. Kurasakan vaginaku mengeluarkan cairan dan menjadi basah saat mas Dito mulai meremas payudaraku dari luar secara bergantian. Sentuhannya begitu lembut, tapi membuatku seperti melayang-layang. Dia terus melumat bibirku dengan ganasnya. Tangan kanannya mulai menggerayangi punggungku dari bawah pakaianku, dia seperti mencari kaitan BHku dan benar saja dia sudah mendapatkannya dan melepas kaitannya. Segera tangannya membuka retsliting belakang dasterku sampai ke bawah dan mulai melepas dasterku. Aku hanya memakai CD sekarang.
Hatiku benar-benar terpaut pada mas Dito, dalam sepanjang hidupku, aku belum pernah merasakan kasih sayang yang begitu lemah lembut dari seorang laki-laki. Setelah puas bermain dengan mulut dan payudaraku kemudian mas Dito berdiri dan mulai melepas seluruh pakaiannya. Kini dia dalam keadaaan telanjang bulat, tapi aku tak berani melihat kemaluannya, aku merasa sangat malu.
“Siska mau gak pegang penis mas Dito?” tanyanya.
“Malu ah mas…Siska belum pernah soalnya…”
Tanpa berkata-kata lagi, dia lalu meraih tanganku dan membimbingnya untuk memegang penisnya. Dia menyuruhku untuk menggenggam erat penisnya dan otomatis aku jadi melihat penis mas Dito. Wooow alangkah besar dan panjang penisnya. Kemudian dia menurunkan CDku yang masih menempel pada tubuhku. Sekarang kami sama- sama telanjang bulat. Diapun langsung merebahkanku diatas kasur.
Mas Dito kembali meremas payudarku dan dia menjilati serta mengulum habis putingku, puas di kiri pindah ke kanan, kiri lagi, pindah kanan lagi, sambil jari-jari tangannya menyentuh lubang vaginaku yang sudah basah karena lendir yang keluar dari dalam lubang vaginak. Rasanya benar-benar nikmat. Ciuman mas Dito kini mulai pindah ke bawah, menciumi pusarku, dan terus turun ke bawah, tepat di depan vaginaku, kepalanya berhenti, kini lidahnya dijulurkannya, dan mulai menjilati vaginaku, mulai dari bibir vaginaku, terus makin ke dalam. Ujung klitorisku, dijilatinya dengan ujung lidahnya.
“Ooohhh…aaahhh…enaaak maaassss…” desahku. Jilatannya pun kurasakan semakin liar dan tak berirama sampai-sampai aku mengangkat pinggangku.
“Maaasss…Siska rasanya pengin pipis…aahhh…” desahku nakal. Karena tak bisa menahan lagi akhirnya aku melepaskan air kenikmatan dari dalam vaginaku. Aku merasakan kenikmatan pada sekujur tubuhku.
“Enak sayang…?” tanyanya.
“Enak banget maasss…” jawabku manja.
Kemudian mas Dito mengambil posisi berada diatasku. Dibukanya lebar kedua pahaku. Perlahan-lahan dimasukannya batang penisnya yang besar dan panjang itu ke dalam mulut vaginaku. Aku hanya diam dan pasrah. Kepala penisnya mulai sedikit memasuki vaginaku, aku berpikir sejenak, apa bisa masuk? Apakah cukup lubang sekecil vaginaku dimasuki oleh batang penisnya yang begitu panjang dan besar?
“Siska mungkin akan merasakan sedikit sakit tapi tahan sebentar ya…aku akan memasukkannya secara pelan dan perlahan… Kalau agak sakit, Siska boleh teriak … Mas akan lebih pelan memasukkannya sedikit-sedikit. Dan setelah masuk kamu akan merasakan kenikmatannya bisa 10 kali lipat dari kenikmatan yang baru saja kamu rasakan tadi…” demikian janji mas Dito.
Aku hanya bisa mengangguk dan sedikit menggigit mulut bagian bawahku menahan rasa takut dan sakit seperti yang mas Dito bilang. Aku siap menerima persetubuhan ini dengan penuh cinta kepadanya. Perlahan dan sangat hati-hati mas Dito memasukkan batang penisnya ke lubang vaginaku. Dan ketika kepala penisnya sudah masuk aku sedikit teriak kesakitan, mas Ditopun berhenti sejenak, Tapi selang beberapa menit kembali dia mendorong batang penisnya agar masuk lebih dalam lagi ke dalam vaginaku. Dan akhirnya “Bleeesss…” ambles semua batang penisnya ke dalam lubang vaginaku.
Dengan perlahan dia mengenjot vaginaku, awalnya aku diam saja tapi setelah beberapa genjotan aku mulai mengeluarkan desah-desahan nakal dan itu membuat mas Dito menjadi bersemangat untuk terus menggenjot vaginaku. Genjotannya semakin lama semakin cepat.
“Gimasa Sis, enak gak? Udah gak sakit lagi kan?” tanyanya sambil terus menggenjot batang penisnya.
“Enak banget masss..aaahhhh…” jawabku diiringi dengan desahan.
Gesekan yang ditimbulkan antara batang penisnya dengan dinding vaginaku menimbulkan rangsangan yang maha dahsyat. Tak lama kemudian aku merasakan sesuatu yang begitu nikmat sampai-sampai tubuhku mengejang. Kuremas lengan mas Dito dan berteriak,
“Aaaahhh…maaassss….enaaaaakkkk….” Mungkin ini yang dinamakan orgasme. Dan tak lama kemudian mas Dito mempercepat genjotannya,
“Siska sayang aku keluaaaarrrr…aaahhhh….” teriaknya dengan tubuhnya mengejang. Mas Dito memasukkan penisnya lebih dalam dan terasa sekali semburan keras spermanya di dalam lubang vaginaku.
“Crooot… croooot… croooot…. “ Lantas mas Dito merebahkan memelukku dalam posisi masih diatas tubuhku.
Dia belum juga mencabut batang penisnya dari lubang vaginaku. Perlahan-lahan nafas kami berdua mulai berangsur-angsur teratur. Kemudian mas Dito turun dari atas tubuhkan dan merebahakan di sampingku. Dia memelukku, membelai lembut rambutku, menciumi bibir, kening dan kedua pipiku sambil berkata,
“Makasih Siska, kamu telah membuktikan rasa cintamu padaku dengan memberikan keperawananmu padaku…aku sayang kamu…”
“Aku juga sayang kamu mas” jawabku.
Malam itu, kami berdua tidur di kamarku. Mas Dito menyelimutiku dengan penuh kasih sayang, memeluk tubuhku. Kami berdua tidur lelap tanpa berbusana sampai pagi hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar