Selasa, 27 Juni 2017

KEHANGATAN TUBUH JANDA


UNITED4D - namaku Dedi sekarang aku bekerja di sebuah perusahaan di kota kembang dimana wilayah tersebut terkenal dengan suasana yang sejuk dan dingin, aku disini ngekost disalah satu perkampungan dekat dengan kantor saya.

#United4d #DiskonTerbesar #DaftarTogel #BoTerbaik #TogelSingapore
Baca Juga : 

MEMUASKAN NAFSU TANTE ROSA DAN ANAKNYA VIVIT


Yang mana tak dipungkiri banyak wanita cantik dan manis disekitar perkampungan, kalau habis pulang dari kantor selalu memandangi wanita wanita di depan teras kost dengan sedikit menggoda, maklum lah karena saya belum menikah atau belum punya gandengan, oya di samping kostku juga ada warung kecil yang biasanya kalau jajan seperti rokok, sabun, jajanan kecil disana, kadang juga boleh untuk dihutangi jika tanggal tua hehe..
Warung itu milik Ibu Nanda (tapi aku memanggilnya Tante Nanda), seorang janda cerai beranak satu yang tahun ini baru masuk TK nol kecil.
Warung Tante Nanda buka pagi-pagi sekitar jam lima, terus tutupnya juga sekitar jam sembilan malam. Warung itu ditungguin oleh Tante Nanda sendiri dan keponakannya yang SMA, Krisna namanya.
Seperti biasanya, sepulang kantor aku mandi, pakai sarung terus sudah stand by di depan TV, sambil ngobrol bersama teman-teman kost. Aku bawa segelas kopi hangat, plus singkong goreng, tapi rasanya ada yang kurang.., apa ya..?,
Oh ya rokok, tapi setelah aku lihat jam dinding sudah menunjukkan jam 9 kurang 10 menit (malam), aku jadi ragu, apa warung Tante Nanda masih buka ya..?,
Ah.., aku coba saja kali-kali saja masih buka. Oh, ternyata warung Tante Nanda belum tutup, tapi kok sepi.., “Mana yang jualan”, batinku.
“Tante.., Tante.., Dik Krisna.., Dik Krisna”, lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini, kali saja lupa nutup warung.
Ah kucoba panggil sekali lagi, “Permisi.., Tante Nanda?”.
“Oh ya.., tungguu”, Ada suara dari dalam. Wah jadi deh beli rokok akhirnya.
Yang keluar ternyata Tante Nanda, hanya menggunakan handuk yang dililitkan di dada, jalan tergesa-gesa ke warung sambil mengucek-ngucek rambutnya yang kelihatannya baru selesai mandi juga habis keramas.
“Oh.., maaf Tante, Saya mau mengganggu nich.., Saya mo beli rokok gudang garam inter, lho Dik Krisna mana?
“O.., Krisna sedang dibawa ama kakeknya.., katanya kangen ama cucu.., maaf ya Mas Dedi Tante pake’ pakaian kayak gini.. baru habis mandi sich”.
“Tidak apa-apa kok Tante, sekilas mataku melihat badan yang lain yang tidak terbungkus handuk.., putih mulus, seperti masih gadis-gadis, baru kali ini aku lihat sebagian besar tubuh Tante Nanda, soalnya biasanya Tante Nanda selalu pakai baju kebaya.
Dan lagi aku baru sadar dengan hanya handuk yang dililitkan di atas dadanya berarti Tante Nanda tidak memakai BH. Pikiran kotorku mulai kumat.
Malam gini kok belum tutup Tante..?
“Iya Mas Dedi, ini juga Tante mau tutup, tapi mo pake’ pakaian dulu?
“Oh biar Saya bantu ya Tante, sementara Tante berpakaian”, kataku. Masuklah aku ke dalam warung, lalu menutup warung dengan rangkaian papan-papan.
“Wah ngerepoti Mas Dedi kata Tante Nanda.., sini biar Tante ikut bantu juga”. Warung sudah tertutup, kini aku pulang lewat belakang saja.
“Trimakasih lho Mas Dedi..?”.
“Sama-sama..”kataku.
“Tante saya lewat belakang saja”.
Saat aku dan Tante Nanda berpapasan di jalan antara rak-rak dagangan, badanku menubruk tante, tanpa diduga handuk penutup yang ujung handuk dilepit di dadanya terlepas, dan Tante Nanda terlihat hanya mengenakan celana dalam merah muda saja. Tante Nanda menjerit sambil secara reflek memelukku.
“Mas Dedi.., tolong ambil handuk yang jatuh terus lilitkan di badan Tante”, kata tante dengan muka merah padam. Aku jongkok mengambil handuk tante yang jatuh, saat tanganku mengambil handuk, kini di depanku persis ada pemandangan yang sangat indah, celana dalam merah muda, dengan background hnandam rambut-rambut halus di sekitar memeknya yang tercium harum.
Kemudian aku cepat-cepat berdiri sambil membalut tubuh tante dengan handuk yang jatuh tadi. Tapi ketika aku mau melilitkan handuk tanpa kusadari burungku yang sudah bangun sejak tadi menyentuh tante.
“Mas Dedi.., burungnya bangun ya..?”
“Iya Tante.., ah jadi malu Saya.., habis Saya lihat Tante seperti ini mana harum lagi, jadi nafsu Saya Tante..”.
“Ah tidak apa-apa kok Mas Dedi itu wajar..”.
“Eh ngomong-ngomong Mas Dedi kapan mo nikah..?”.
“Ah belum terpikir Tante..”.
“Yah.., kalau mo’ nikah harus siap lahir batin lho.., jangan kaya’ mantan suami Tante.., tidak bertanggung jawab kepada keluarga.., nah akibatnya sekarang Tante harus bersetatus janda. Gini tidak enaknya jadi janda, malu.., tapi ada yang lebih menyiksa Mas Dedi.. kebutuhan batin..”.
“Oh ya Tante.., terus gimana caranya Tante memenuhi kebutuhan itu..”, tanyaku usil.
“Yah.., Tante tahan-tahan saja..”.
Kasihan.., batinku.., andaikan.., andaikan.., aku diijinkan biar memenuhi kebutuhan batin Tante Nanda.., ough.., pikiranku tambah usil.
Waktu itu bentuk sarungku sudah berubah, agak kembung, rupanya tante juga memperhatikan.
“Mas Dedi burungnya masih bangun ya..?”.
Aku cuma megangguk saja, terus sangat di luar dugaanku, tiba-tiba Tante Nanda meraba burungku.
“Wow besar juga burungmu, Mas Dedi.., burungnya sudah pernah ketemu sarangnya belom..?”.
“Belum..!!”, jawabku bohong sambil terus diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang sudah lama tidak pernah kurasakan.

“Mas.., boleh dong Tante ngeliatin burungmu bentarr saja..?”, belum sempat aku menjawab, Tante Nanda sudah menarik sarungku, praktis tinggal celana dalamku yang tertinggal plus kaos oblong.
“Oh.., sampe’ keluar gini Mas..?”.
“Iya emang kalau burungku lagi bangun panjangnya suka melewati celana dalam, Aku sendiri tidak tahu persis berapa panjang burungku..?”, kataku sambil terus menikmati kocokan tangan Tante Nanda.
“Wah.., Tante yakin, yang nanti jadi istri Mas Dedi pasti bakal seneng dapet suami kaya Mas Dedi..”, kata tante sambil terus mengocok burungku. Oughh.., nikmat sekali dikocok tante dengan tangannya yang halus kecil putih itu.
Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, Tante Nanda sudah melepaskan lagi handuk yang kulilitkan tadi, itu aku tahu karena burungku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang tidak terlalu besar itu.
“Ough.., Tante.., nikmat Tante.., ough..”, desahku sambil bersandar memegangi dinding rak dagangan, kali ini tante memasukkan burungku ke bibirnya yang kecil, dengan buasnya dia keluar-masukkan burungku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot.., ough.., seperti terbang rasanya. Kadang-kadang juga dia sedot habis buah salak yang dua itu.., ough.., sesshh.
Aku kaget, tiba-tiba tante menghentikan kegiatannya, dia pegangi burungku sambil berjalan ke meja dagangan yang agak ke sudut, Tante Nanda naik sambil nungging di atas meja membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini.
“Mas Dedi.., berbuatlah sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!”.
Tanpa basa-basi lagi aku tarik celana dalamnya selutut.., woow.., pemandangan begini indah, memek dengan bulu halus yang tidak terlalu banyak. Aku jadi tidak percaya kalau Tante Nanda sudah punya anak, aku langsung saja mejilat memeknya, harum, dan ada lendir asin yang begitu banyak keluar dari memeknya. Aku lahap rakus memek tante, aku mainkan lidahku di clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang memeknya.
“Ough Mas.., ough..”, desah tante sambil memegangi susunya sendiri.
“Terus Mas.., Maas..”, aku semakin keranjingan, terlebih lagi waktu aku masukkan lidahku ke dalam memeknya, ada rasa hangat dan denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.
Kemudian Tante Nanda membalikkan badannya telentang di atas meja dengan kedua paha ditekuk ke atas.
“Ayo Mas Dedi.., Tante sudah tidak tahan.., mana burungmu Mas.. burungmu sudah pengin ke sarangnya.., wowww.., Mas Dedi.., burung Mas Dedi kalau bangun dongak ke atas ya..?”.
Aku hampir tidak dengar komentar Tante Nanda soal burungku, aku melihat pemandangan demikian menantang, memek dengan sedikit rambut lembut, dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung tancapkan burungku dibibir memeknya.
“Aughh..”, teriak tante.
“Kenapa Tante..?”, tanyaku kaget.
“Udahlah Mas.., teruskan.., teruskan..”, aku masukkan kepala burungku di memeknya, sempit sekali.
“Tante.., sempit sekali Tante.?”.
“Tidak apa-apa Mas.., terus saja.., soalnya sudah lama sich Tante tidak ginian.., ntar juga nikmat..”.
Yah.., aku paksakan sedikit demi sedikit.., baru setengah dari burungku amblas.., Tante Nanda sudah seperti cacing kepanasan gelepar ke sana ke mari.kumpulan
“Augh.., Mas.., ouh.., Mas.., nikmat Mas.., terus Mas.., oughh..”.
Begitu juga aku.., walaupun burungku masuk ke memeknya cuma setengah, tapi sedotannya oughh luar biasa.., nikmat sekali. Semakin lama gerakanku semakin cepat. Kali ini burungku sudah amblas dimakan memek Tante Nanda.
Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Nanda. Tiba-tiba tante terduduk sambil memelukku, mencakarku.
“Oughh Mas.., ough.., luar biasa.., oughh.., Mas Dedi..”, katanya sambil merem-melek.
“Kayaknya ini yang namanya orgasme.., ough..”, burungku tetap di memek Tante Nanda.
“Mas Dedi sudah mau keluar ya..?”. Aku menggeleng. Kemudian Tante Nanda telentang kembali, aku seperti kesetanan menggerakkan badaku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku, aku menunduk dan kucium putingnya yang coklat kemerahan.
Tante Nanda semakin mendesah, “Ough.., Mas..”, tiba-tiba Tante Nanda memelukku sedikit agak mencakar punggungku.
“Oughh Mas.., aku keluar lagi..”, kemudian dari kewannandaannya aku rasakan semakin licin dan semakin besar, tapi denyutannya semakin terasa, aku dibuat terbang rasanya. Ach rasanya aku sudah mau keluar, sambil terus goyang kutanya Tante Nanda.
“Tante.., Aku keluarin dimana Tante..?, di dalam boleh nggak..?”.
“Terrsseerraah..”, desah Tante Nanda. Ough.., aku percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh burungku. Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa.
Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam memek Tante Nanda, masih aku gerakkan badanku rupanya kali ini Tante Nanda orgasme kembali, dia gigit dadaku.
“Mas Dedi.., Mas Dedi.., hebat Kamu Mas”.
Aku kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Tante Nanda masih tetap telanjang telentang di atas meja.
“Mas Dedi.., kalau mau beli rokok lagi yah.., jam-jam begini saja ya.., nah kalau sudah tutup digedor saja.., tidak apa-apa.., malah kalau tidak digedor Tante jadi marah..”, kata tante menggodaku sambil memainkan puting dan clitorisnya yang masih nampak bengkak.
“Tante ingin Mas Dedi sering bantuin Tante tutup warung”, kata tante sambil tersenyum genit. Lalu aku pulang.., baru terasa lemas sakali badanku, tapi itu tidak berarti sama sekali dibandingkan kenikmatan yang baru kudapat. Keesokan harinya ketika aku hendak berangkat ke kantor, saat di depan warung Tante Nanda, aku di panggil tante.
“Rokoknya sudah habis ya.., ntar malem beli lagi ya..?”, katanya penuh pengharapan, padahal pembeli sedang banyak-banyaknya, tapi mereka tidak tahu apa maksud perkataan Tante Nanda tadi, akupun pergi ke kantor dengan sejuta ingatan kejadian kemarin malam.

Sumber : KabarPrediksi

#United4d #BandarTogel #BandarTerpercaya #PrediksiTogel #LiveResultTogel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar