UNITED4D - Perkenalkan dulu namaku iwan. Sudah satu
minggu ini aku berada di rumah sendirian. Terus terang saja aku jadi
kesepian juga rasanya. Kalau mau tidur rasanya kok aneh juga, kok
sendirian dan sepi, padahal biasanya ada bapak,ibu,kk dan adek .
Aku teringat peristiwa yang aku alami
dengan ibu mertua kk-ku. Ibu mertua kk-ku memang bukan ibu kandung
istrinya, karena ibu kandungnya telah meninggal dunia. Ayah mertua kk-ku
kemudian kawin lagi dengan ibu mertua kk-ku yang sekarang ini dan
kebetulan tidak mempunyai anak. Ibu mertua kk-ku ini umurnya sekitar 40
tahun, wajahnya ayu, dan tubuhnya benar-benar sintal dan padat sesuai
dengan wanita idamanku.
Baca Juga :
Kenikmatan Gadis Jaman Sekarang
Buah dadanya besar sesuai dengan
pinggulnya. Demikian juga pantatnya juga bahenol banget. Aku sering
membayangkan ibu mertua kk-ku itu kalau sedang telentang pasti vaginanya
membusung ke atas terganjal pantatnya yang besar itu.
Hemm, sungguh menggairahkan. Peristiwa
itu terjadi waktu malam dua hari sebelum hari perkawainan kk-ku dengan
Riris. Waktu itu aku duduk berdua di kamar keluarga sambil membicarakan
persiapan perkawinan kk-ku. Mendadak lampu mati.
Dalam kegelapan itu, ibu mertua kk-ku
(waktu itu masih calon) berdiri, saya pikir akan mencari lilin, tetapi
justru ibu mertua kk-ku memeluk dan menciumi pipi dan bibirku dengan
lembut dan mesra. Aku kaget dan melongo karena aku tidak mengira sama
sekali diciumi oleh calon ibu mertua kk-ku yang cantik itu.
Hari-hari berikutnya aku bersikap
seperti biasa, demikian juga ibu mertua kk-ku. Pada saat-saat aku duduk
berdua dengan dia, aku sering memberanikan diri memandang ibu
mertuakk-ku lama-lama, dan dia biasanya tersenyum manis dan berkata,
“Apaa..?, sudah-sudah, ibu jadi malu”.
Terus terang saja aku sebenarnya
merindukan untuk dapat bermesraan dengan ibu mertua kk-ku itu. Aku
kadang-kadang sagat merasa bersalah dengan kk-ku, dan juga kaka ipar-ku
yang baik hati. Kadang-kadang aku demikian kurang ajar membayangkan ibu
mertua kk-ku disetubuhi ayah mertua kk-ku, aku bayangkan kemaluan ayah
mertua kk-ku keluar masuk vagina ibu mertua kk-ku, Ooh alangkah…! Tetapi
aku selalu menaruh hormat kepada ayah dan ibu mertua kk-ku. Ibu mertua
kk-ku juga sayang sama kami, .
Pagi-pagi hari berikutnya, aku ditelepon
ibu mertuakk-ku, minta agar sore harinya aku dapat mengantarkan ibu
menengok famili yang sedang berada di rumah sakit, karena ayah mertua
kk-ku sedang pergi ke kota lain untuk urusan bisnis. Aku sih setuju
saja. Sore harinya kami jadi pergi ke rumah sakit, dan pulang sudah
sehabis maghrib. Seperti biasa aku selalu bersikap sopan dan hormat pada
ibu mertuakk-ku.
Dalam perjalan pulang itu, aku memberanikan diri bertanya, “tante, ngapain sih dulu tante kok cium iwan ?”.
“Aah, kamu ini kok masih diingat-ingat juga siih”, jawab ibumertua kk-ku sambil memandangku.
“Jelas dong buu…, Kan asyiik”, kataku menggoda.
“Naah, tambah kurang ajar thoo, Ingat kk-mu lho iwan…, Nanti kedengaran juga bisa geger lho iwan “.
“Naah, tambah kurang ajar thoo, Ingat kk-mu lho iwan…, Nanti kedengaran juga bisa geger lho iwan “.
“Tapii, sebenarnya kenapa siih tante…, iwan jadi penasaran lho”.
“Aah, ini anak kok nggak mau diem siih,
Tapi eeh…, anu…, iwan , sebenarnya waktu itu, waktu kita jagongan itu,
ibu lihat tampangmu itu kok ganteng banget. Hidungmu, bibirmu, matamu
yang agak kurang ajar itu kok membuat ibu jadi gemes banget deeh sama
kamu. Makanya waktu lampu mati itu, entah setan dari mana, ibu jadi
pengin banget menciummu dan merangkulmu. Ibu sebenarnya jadi malu
sekali. Ibu macam apa aku ini,
“Mungkin, setannya ya Tomy ini Bu…, Saat
ini setannya itu juga deg-degan kalau lihat ibu mertua kk-ku. Ibu boleh
percaya boleh tidak, kadang-kadang kalau saya lagi sama sendiri, malah
bayangin tante lho. Bener-bener nih. Sumpah deh. Kalau tante pernah
bayangin saya nggak kalau lagi sama om”, aku semakin berani.
“aah nggak tahu ah…, udaah…, udaah…,
nanti kalau keterusan kan nggak baik. Hati-hati setirnya. Nanti kalau
nabrak-nabrak dikiranya nyetir sambil pacaran ama tante. Pasti tante
yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet”, katanya.
“Padahal dua-duanya ngebet lo tante.
tante, maafin iwan deeh. iwan jadi pengiin banget sama tante lho…,
Gimana niih, punya iwan sakit kejepit celana nihh”, aku makin berani.
“Aduuh Toom, jangan gitu dong. tante
jadi susah nih. Tapi terus terang aja iwan .., tante jadi kayak orang
jatuh cinta sama kamu.., Kalau udah begini, udah naik begini, tante jadi
pengin ngeloni kamu iwan …, iwan kita cepat pulang saja yaa…, Nanti
diterusin dirumah…, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang…, Toh lagi
kosong khan…, Tapi iwan menggir sebentar iwan, tante pengen cium kamu di
sini”, kata tante dengan suara bergetar.
ooh aku jadi berdebar-debar sekali. Aku
jadi nafsu banget. Aku minggir di tempat yang agak gelap. Sebenarnya
kaca mobilku juga sudah gelap, sehingga tidak takut ketahuan orang. Aku
dan ibu mertuakk-ku berangkulan, berciuman dengan lembut penuh
kerinduan. Benar-benar, selama ini kami saling merindukan.
“eehhm…, iwan,ibu kangen banget ma kamu”, bisik ibu mertuakk-ku.
“aku juga bu”, bisikku.
“iwan…, udah dulu iwan…, eehmm udah dulu”, napas kami memburu.
“Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa”, kata ibu mertua kk-ku.
“ibu penisku kejepit niih…, Sakit”, kataku.
“iich anak nakal”, Pahaku dicubitnya.
“Okey…, buka dulu ritsluitingnya”, katanya.
“aku juga bu”, bisikku.
“iwan…, udah dulu iwan…, eehmm udah dulu”, napas kami memburu.
“Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa”, kata ibu mertua kk-ku.
“ibu penisku kejepit niih…, Sakit”, kataku.
“iich anak nakal”, Pahaku dicubitnya.
“Okey…, buka dulu ritsluitingnya”, katanya.
Cepat-cepat aku buka celanaku, aku
turuni celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang banget. Tangan kiri
ibu mertua kk-ku, aku tuntun untuk memegang penisku.
“Aduuh kamu. Gede banget pelirmu…, Biar ibu pegangin, Ayo jalan. Hati-hati setirnya”.
Aku masukkan persneling satu, dan mobil
melaju pulang. Penisku dipegangi ibu, jempolnya mengelus-elus kepala
penisku dengan lembut. Aduuh, gelii… nikmat sekali. Mobil berjalan
tenang, kami berdiam diri, tetapi tangan ibu terus memijat dan
mengelus-elus penisku dengan lembut.
Sampai di rumah, aku turun membuka
pintu, dan langsung masuk garasi. Garasi aku tutup kembali. Kami
bergandengan tangan masuk ke ruang tamu. Kami duduk di sofa dan
berpandangan dengan penuh kerinduan.
Suasana begitu hening dan romantis, kami
berpelukan lagi, berciuman lagi, makin menggelora. Kami tumpahkan
kerinduan kami. Aku ciumi ibu mertuakk-ku dengan penuh nafsu. Aku rogoh
buah dadanya yang selalu aku bayangkan, aduuh benar-benar besar dan
lembut.
“Buu, aku kangen banget buu…, aku kangen banget”.
“Aduuh iwan, ibu juga…, Peluklah ibu iwan, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu.
“Aduuh iwan, ibu juga…, Peluklah ibu iwan, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu.
Matanya terpejam, aku ciumi matanya,
pipinya, aku lumat bibirnya, dan lidahku aku masukkan ke mulutnya. Ibu
agak kaget dan membuka matanya. Kemudian dengan serta-merta lidahku
disedotnya dengan penuh nafsu.
“Eehhmm.., iwan, ibu belum pernah ciuman seperti ini…, Lagi iwan masukkan lidahmu ke mulut ibu”
Ibu mendorongku pelan, memandangku
dengan mesra. Dirangkulnya lagi diriku dan berbisik, ” bawalah Ibu ke
kamar…, Enakan di kamar, jangan disini”.
Dengan berangkulan kami masuk ke kamar
tengah yang kosong. Aku merasa tidak enak di tempat tidur aku. “Bu kita
pakai kamar tengah saja yaa”.
“Okey, Lebih bebas di kamar ini”, kata ibu mertuakk-ku penuh pengertian. Aku remas pantatnya yang bahenol.
“iich.., dasar anak nakal”, ibu mertuakk-ku merengut manja.
Kami duduk di tempat tidur, sambil
beciuman aku buka pakaian ibu mertuaku. Aku sungguh terpesona dengan
kulit ibuku yang putih bersih dan mulus dengan buah dadanya yang besar
menggantung indah. Ibu aku rebahkan di tempat tidur. Celana dalamnya aku
pelorotkan dan aku pelorotkan dari kakinya yang indah.
Sekali lagi aku kagum melihat vagina ibu
mertuakk-ku yang tebal dengan bulunya yang tebal keriting. Seperti aku
membayangkan selama ini, vagina ibu mertua kk ku benar menonjol ke atas
terganjal pantatnya yang besar. Aku tidak tahan lagi memandang keindahan
ibu mertua kk-ku telentang di depanku.
Aku buka pakaianku dan penisku sudah
benar-benar tegak sempurna. Ibu mertua kk-ku memandangku dengan tanpa
berkedip. Kami saling merindukan kebersamaan ini. Aku berbaring miring
di samping ibu mertua kk-ku. Aku ciumi, kuraba, kuelus semuanya, dari
bibirnya sampai pahanya yang mulus.
Aku remas lembut buah dadanya, kuelus
perutnya, vaginanya, klitorisnya aku main-mainkan. Liangnya vaginanya
sudah basah. Jariku aku basahi dengan cairan vagina ibu mertua kk-ku,
dan aku usapkan lembut di clitorisnya. Ibu menggelinjang keenakan dan
mendesis-desis. Sementara pelirku dipegang ibu dan dielus-elusnya.
Kerinduan kami selama ini sudah mendesak
untuk ditumpahkan dan dituntaskan malam ini. Ibu menggeliat-geliat,
meremas-remas kepalaku dan rambutku, mengelus punggungku, pantatku, dan
akhirnya memegang penisku yang sudah siap sedia masuk ke liang vagina
ibu mertua kk-ku.
“Buu, aku kaangen banget buu…, aku kangen banget…, aku anak nakal buu..”, bisikku.
” …, ibu juga. sshh…, masukin …, masukin
sekarang…, Ibu sudah pengiin banget …”, bisik ibu mertua kk-ku
tersengal-sengal. Aku naik ke atas ibu mertuakk-ku bertelakn pada siku
dan lututku.
Tangan kananku mengelus wajahnya,
pipinya, hidungnya dan bibir ibu mertua kk-ku. Kami berpandangan.
Berpandangan sangat mesra. Penisku dituntunnya masuk ke liang vaginanya
yang sudah basah. Ditempelkannya dan digesek-gesekan di bibir vaginanya,
di clitorisnya. Tangan kirinya memegang pantatku, menekan turun sedikit
dan melepaskan tekanannya memberi komando penisku.
Kaki ibu mertua kk-ku dikangkangnya
lebar-lebar, dan aku sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke vagina ibu
mertua kk-ku. Kepala penisku mulai masuk, makin dalam, makin dalam dan
akhirnya masuk semuanya sampai ke pangkalnya. Aku mulai turun naik
dengan teratur, keluar masuk, keluar masuk dalam vagina yang basah dan
licin. Aduuh enaak, enaak sekali.
“Masukkan separo saja . Keluar-masukkan kepalanya yang besar ini…, Aduuh garis kepalanya enaak sekali”.
Nafsu kami semakin menggelora. Aku
semakin cepat, semakin memompa penisku ke vagina ibu mertua kk-ku. “Buu,
aaku masuk semua, masuk semua buu”
“Iyaa , enaak banget. Pelirmu ngganjel
banget. Gede banget rasane. Ibu marem banget” kami mendesis-desis,
menggeliat-geliat, melenguh penuh kenikmatan. Sementara itu kakinya yang
tadi mengangkang sekarang dirapatkan.
Aduuh, vaginanya tebal banget. Aku
paling tidak tahan lagi kalau sudah begini. Aku semakin ngotot
menyetubuhi ibu mertua kk-ku, mencoblos vagina ibu mertua kk-ku yang
licin, yang tebal, yang sempit (karena sudah kontraksi mau puncak).
Bunyinya kecepak-kecepok membuat aku semakin bernafsu. Aduuh, aku sudah
tidak tahan lagi.
“Buu aku mau keluaar buu…, Aduuh buu.., enaak bangeet”.
“ssh…, hiiya iwan, keluariin iwan iwan, keluarin”.
“ssh…, hiiya iwan, keluariin iwan iwan, keluarin”.
“Ibu juga mau muncaak, mau muncaak…,
Teruss Kami berpagutan kuat-kuat. Napas kami terhenti. Penisku aku tekan
kuat-kuat ke dalam vagina ibu mertua kk-ku.
Pangkal penisku berdenyut-denyut.
menyemprotlah sudah spermaku ke vagina ibu mertua kk-ku. Kami
bersama-sama menikmati puncak persetubuhan kami. Kerinduan, ketegangan
kami tumpah sudah. Rasanya lemas sekali. Napas yang tadi hampir terputus
semakin menurun. Aku angkat badanku. Akan aku cabut penisku yang sudah
menancap dari dalam liang vaginanya, tetapi ditahan ibu mertua kk-ku.
“Biar di dalam dulu Ayo miring, kamu
berat sekali. Kamu nekad saja…, masa’ orang ditindih sekuatnya”, katanya
sambil memencet hidungku. Kami miring, berhadapan, Ibu mertua kk-ku
memencet hidungku lagi, “Dasar anak kurang ajar…, Berani sama ibu mertua
kk mu ya.., Masa ibunya dinaikin, Tapi …, ibu nikmat banget, ‘marem’
banget. Ibu belum pernah merasakan seperti ini”.
“Buu, aku juga buu. Mungkin karena
curian ini ya buu, bukan miliknya…, Punya bapaknya kok dimakan. Ibu
juga, punya anak ya kok ya dimakan, diminum”, kataku menggodanya.
“Huush, dasar anak nakal.., Ayo dilepas
.., Aduuh berantakan niih Spermamu pada tumpah di sprei, Keringatmu juga
basahi tetek ibu niih”.
“Buu, malam ini ibu nggak usah pulang. Aku pengin dikelonin ibu malam ini. Aku pengin diteteki sampai pagi”, kataku.
“Ooh jangan cah bagus…, kalau dituruti
Ibu juga penginnya begitu. Tapi tidak boleh begitu. Kalau ketahuan orang
bisa geger deeh”, jawab ibuku.
“Tapi buu, aku rasanya emoh pisah sama ibu”.
“Hiyya, ibu tahu, tapi kita harus pakai
otak dong. Toh, ibu tidak akan kabur.., justru kalau kita tidak
hati-hati, semuanya akan bubar deh”.
Kami saling berpegangan tangan,
berpandangan dengan mesra, berciuman lagi penuh kelembutan. Tiada
kata-kata yang keluar, tidak dapat diwujudkan dalam kata-kata. Kami
saling mengasihi, antara hubungan ibu dan anak, antara hubungan seorang
pria dan seorang wanita, kami tulus mengasihi satu sama lain. Malam itu
kami mandi bersama, saling menyabuni, menggosok, meraba dan membelai.
Penisku dicuci oleh ibu mertuaku, sampai tegak lagi.
“Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Ayo nanti keburu malam”.
Hubungan malam itu sungguh sangat
berkesan dalam hidupku. Hari-hari selanjutnya hubungan berjalan normal
seperti biasanya. Kami saling menjaga hubungan baik. Kami menumpahkan
kerinduan kami hanya apabila benar-benar aman. Tetapi kami banyak
kesempatan untuk sekedar hubungan berciuman dan membelai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar