UNITED4D - Siang panas di kota T******g membuat aku
berkeringat. Belum habis jam kerja, kuputuskan saja buat pulang ke
kamar kost. Sambil menyeka keringat, kudorong masuk motor inventaris
kantor ke teras kamar kost. Perut terasa perih setelah sedari pagi
berkeliling meninjau proyek pemerintah yg sedang dikerjakan oleh para
pemborong lokal. Maklum, di kota ini pemborong lokal dikenal sedikit
nakal jika tidak diawasi.
Baca Juga :
ML Dengan Adiknya Ibu Kostku
Dan tugasku mengawasi agar dana
pemerintah digunakan dengan benar serta kualitas pekerjaan para
pemborong sesuai dengan standar pemerintah. Setelah ganti baju dengan
kaus oblong, aku menuju warteg langganan di seberang jalan. Sambil
memesan makanan kuperhatikan seorang pegawai baru yg berbodi lumayan
montok dgn payudara yg besar.
Kulitnya putih dan betis dan lengannya
ditumbuhi bulu halus. “Ada yg baru Mbak Ning?” aku berbasa basi dgn
pemilik warteg. “iya, keponakan dari Brebes, baru datang semalam”.
“Namanya siapa mbak?” tanyaku sambil pandanganku tak lepas dari tubuhnya
yg ternyata membuatku sedikit bergairah. “Murni Mas” jawabnya singkat.
Memang bener – bener murni pikirku.
Sambil menikmati makan siang, pikiranku melayang memikirkan Murni.
Imajinasiku melayang membayangkan aku sedang bergumul dgnnya dikasur.
“Mau minum apa mas?” Pertanyaan Murni membuyarkan mimpiku. “Es Tawar
aja” jawabku singkat.
Pertemuan dgn Murni membuat aku semakin
bersemangat pulang kerja. Singkatnya, karena kedekatanku dgn Mbak Ning
sang pemilik warteg, aku berhasil dekat dgn Murni. Sampai satu hari aku
nekat menembaknya saat warteg sedang sepi di malam selasa. “Murni, udah
punya pacar blm dikampung?” tanyaku membuka pembicaraan.
“Belum mas, emang kenapa?”. “Gak, nanya
aja. Masa gadis secantik Murni ga punya pacar? bo’ong aja nih!” candaku
“Suer mas, murni blm punya pacar. Dulu pernah pacaran. Tapi skrg dah
putus”. “Lho kok putus? Mangnya knp?” tanyaku “Cowo aku dulu doyan
selingkuh. Baru pcaran sehari dah pcaran lagi sama cewe lain. Dah gitu
dia doyan mabok. Kalo udah mabok rese. Suka remes-remes dada aku. Kan
aku malu mas”.
Wah dah berani curhat nih, pikirku.
“Trus, klo skrg ada cowo yg mau sama murni, Murni mau ga?” tanyaku.
“Emang ada cowo yg mau sama pelayan warteg kaya aku mas?” tanyanya.
“ada” jawabku singkat “siapa mas?”
“Aku”. “Ah, mas becanda. Mas kan Pegawe Negri. Ga mungkin mau sama aku.
paling juga sebulan aku udah diputusin. atau aku ga dikawin. Makasih
mas. Aku ga mau sakit keduakalinya!” jawabnya sambil berlalu. Aku pun
hanya tertegun. Menikmati kegagalan malam ini.
Tapi aku tidak putus asa. Lewat Mbak
Ning, kuutarakan perasaan hatiku kepada keponakannya. Mbak Ning pun
setuju membantu akau. Katanya Murni memang udah pantas menikah dan ia
ingin ada keluarganya yg bisa mengangkat derajat keluarga Murni. Sebab
dikampungnya, PNS sangat dihormati dan disegani.
Singkatnya, setelah berjuang selama
kurang lebih dua bulan, kudapatkan cinta Murni pada saat acara panggung
hiburan 17 Agustus di halaman kecamatan. Sambil menikmati musik dangdut
alakadarnya, kucoba lagi menyatakan cintaku pada Murni. “Murni, mas
benar benar suka sama kamu. Benar-benar cinta dan tidak ada sedikitpun
niat untuk melepaskan Murni. Mungkin saya lebih baik buta daripada lihat
Murni dengan orang lain” kataku menggombal ria.
“Mas, Murni dah tau dari Bu Lik Ning.
Kalo emang mas benar serius sama Murni. Murni mau nerima asal dengan
syarat mas.”. Hnnnnaaaaaaah, akhirnya …….. “Syarat apa Murni? jangankan
satu, seribu syarat akan mas penuhi asal Murni mau menerima cinta Mas.”
gombal maning. “Cuma satu kok mas. Mas jangan pernah menyakiti hati
Murni”.
“Murni, aku sudah bilang, gak akan
pernah menyakiti kamu. Jadi kamu mau nerima mas?” tanyaku. “Mas terima
ga syarat dari murni?” dia malah balik tanya. “Aku terima semua syarat
yg kamu berikan. Jadi kamu mau jadi pacar mas?” aku medesaknya.
“Jangankan pacar mas, aku malah sudah siap jadi calon istri kamu!”
Mendadak suara musik dangdut tak terdengar.
Yang terdengar hanya suara jantungku yg
berdegup keras, saking senangnya perjuangan aku tak sia-sia. Kuraih bahu
Murni dan ia tdk menolak. kupeluk dia dari samping dan kukecup
rambutnya. dan dia melingkarkan tangannya dipinggangku. Resmilah kami
jadi sepasang kekasih.
Sejak aku berpacaran dengan Murni, aku
merasa ada perlakuan lain dari Mbak Ning. Ia mulai sering menyuruh Murni
meninggalkan pekerjaannya jika melihat motorku datang. Dan biasanya
Murni menghampiri aku dan cium tangan seperti layaknya seorang calon
istri kpd suaminya. Seperti sore itu, aku pulang kantor tiba-tiba Mbak
Ning menghampiriku.
“Mas Adi, Mbak mau ke Depok. Ada saudara
yg hajatan. Mungkin Mbak nginep beberapa hari. tlg titip anak-anak di
warung ya, soalnya ga ada orang lakinya. Suami Mbak juga ikut”. “Oke
Mbak” jawabku. “jangankan beberapa hari, setahun juga aku mau!” jawabku
sambil tersenyum. “Ya iyalah, kan ada Murni! Makasih ya mas” Mbak Murni
sambil berlalu.
Malam itu Warteg tutup lebih awal.
Sehingga aku punya banyak waktu ngobrol dgn Murni. “Mas, ngobrolnya di
sana yuk, ga enak dsini. Rame, brisik lagi!” kata Murni mengajak aku
ngobrol di teras kostan aku. “Ya udah, tapi tlg buatkan aku kopi yah!”
pintaku sambil berjalan menuju kostan.
Tak lama Murni menyusul dgn membawa
segelas kopi hitam kesukaanku. Malam ini dia terlihat makin seksi dgn
kaos ketat kuning dan celana legging hitam. Kontras dgn kulitnya yg
putih dan montok. Mulailah pikiran kotor merasuki otakku.
Setelah Murni duduk di depanku, kami
melanjutkan obrolan seputar keadaan keluarga kami masing-masing. Sekitar
satu jam Murni terlihat BT. “Mas boleh numpang nonton TV ga?” “masuk
aja nonton sana, aku masih mau ngroko sambil ngopi” jawabku. Murni pun
berlalu kedalam dan menyalakan TV. 14″ tuaku.
Setelah sebatang rokok kuhabiskan,
kususul Murni kedalam dan duduk sebelahnya. Tak kukira Murni langsung
merebahkan kepalanya didadaku. Kesempatan nih, pikirku. Kuusap dan
kubelai rambunya yang panjang melewati bahu. Murni nampak menikmati.
Kuberanikan diri mengangkat kepalanya dan kukecup lembut bibirnya. Murni
sedikit kaget. Maklum, setelah cintaku diterima, kita hanya sekedar
mengobrol. Ga pernah lebih. Namun, ia membalas ciumanku.
Malah badannya dihadapkan ke diriku.
kamipun berciuman dgn posisi murni duduk dipangkuanku. Kuberanikan diri
meraba payudaranya. Murni sedikit menepis tanganku. Tapi aku tak putus
asa. kucoba dan kucoba lagi sampai akhirnya Murni membiarkan tanganku
meraba dan meremas lembut payudaranya.
Ciuman Murni semakin gencar ketika
tanganku kucoba menerobos masuk lewat belakang bajunya. Terasa lembut
payudara atasnya yg masih terbungkus kutang berenda. Tiba-tiba Murni
bangkit. Yaaaah, ngambek dia., pikirku. Tapi ga kusangka ternyata murni
bangun untuk menutup pintu dan kembali ke pangkuanku dan meraih
kepalaku. Kami lanjutkan kembali pekerjaan yg tertunda tadi. Semakin
berani aku meciumi sekujur wajahnya. Nafas Murni sedikit tersengal
ketika kuciumi daerah belakng telinganya.
Kucoba mengangkat kaosnya. Tak ada
perlawanan. Kaos Murni sudah terlpeas dan didepanku terpampang
pemandangan indah. Sepasang payudara montok yg putih bersih walau masih
terbalut kutang berenda. Kuciumi dengan uas daerah belahan toketnya, dan
Murni nampak menikmatinya. Sambil kupeluk, kucoba melepaskan kait
kutang dipunggung Murni.
Berrhasil!!!. Kutang Murni terlepas dan
kuloloskan dari bawah dan Munri melepaskan ciumannya agar kutangnya
cepat terlepas. Langsung kujilati pentil susunya yg kemerahan. sementara
tanganku meremas toket senbelahnya. Murni bergelinjang menahan kegelian
dengan nafas yg tersengal-sengal. Nampaknya ia sudah terangsang. Puting
susunya semakin maju dan mengncang.
Kulepas Bajuku dan kuajak murni
merebahkan diri sambil terus menjilati, mengulum dan meremas toket yg
sudah lama kuidam-idamkan. Murni semakin bernafsu dengan meremas-remas
pantatku sambil mengerang nikmat. Kucoba meraba selangkangannya dan
Murni agak menolak dengan merapatkan pahanya. Tapi terasa sedikit oleh
jariku.
Memeknya mulai basah. Kuusap usap
kemaluannya dari luar dan tiba tiba Murni memelukku dengan erat dan ia
membekapkan mulutnya ke dadaku. Maassss, aaaaaahhhhhhhhhh….. Murni
pipis….. Rupanya ia orgasme akibat rangsanganku di payudaranya.
Murnipun bangun dan meraba
selangkangannya. “Mas gimana ini, Murni ga tahan pengen pipis tadi,
celana Murni basah”. “kamu orgasme sayang, bukan pipis”. jwbku
menerangkan. “enak ga?” tanyaku “enak mas, sampe pipis hehehehe…”
katanya sambil tertawa. Akupun bangun dan mengunci pintu. “Emang
pipisnya banyak sayang?” tanyaku.
“Boleh liat ga celananya?” tanyaku
bersiasat. Padahal aku pengen liat memeknya yg terlihat munjung dari
balik celana leggingnya. “Ga mau ah, malu. Masa Murni buka celana
disini!”. “Gapapa sayang, kan kamu calon istri ku. Nanti klo kita
menikah juga kita saling telanjang!” kataku menggombal.
Murnipun bangun dan melorotkan celana
legginga. ASTAGA!!! dari balik CDnya menyembul daging kemaluan yg
menurutku hampir sama dengan ukuran toketnya (saking munjungnya tuh
memek!) Tak kuat menahan konak langsung aku berlutut dan menciumi
memeknya dari luar. “Mas, mau ngapain… Ih…. ngapain sih… oooh… shhhhh …
ahhhh..” protes Murni tak kudengar sambil sesekali kucoba menelusupkan
jari kesela-sela CDnya.
“Mmmmmaaaaassssssssshhhhhhh…… geli
mas….. aaaahh. sshhhhhhh….” Murni terus mendorong kepalaku agar menjauh
dari memeknya. Tapi aku tak peduli, aku terus mendesakkan kepalaku dan
menjilati sekitar selangkangannya dan tanganku mencoba melorotkan CD
Murni yg masih dlm posisi berdiri. Dengan sekali sentak, CD itu berhasil
turun dan alamak…….. bongkahan daging yg ditumbuhi jembut yg jarang
jarang. Merah merekah, membuat gairahku semakin tinggi.
Kuturunkan terus CDnya hingga
benar-benar berada dibetisnya. Sementara lidahku mencoba menerobos ke
sela sela belahan memeknya. “Mmmmmmmmmaaaaaaaaaassssssss,
oooooohhhhhhhhhh……….. aaaaaahhhhhhh…….. sssssshhhhhhh…. aduh ……” Hanya
itu yg keluar dari mulutnya sambil terus mendorong kepalaku.
Sementara itu, entah kapan aku
melepasnya, aku hanya tinggal memakai sempak. Kuajak Murni berbaring dan
ia menurut. Kulepas CDnya yg masih nyangkut di kakinya sambil
merenggangkan kedua belah kakinya. Saat kakinya merenggang nampaklah isi
dari memek Murni yg merah, kelentitnya yg meruncing kujilati dengan
rakus sambil sesekali memasukan lidahku ke rongga memeknya.
Tiba-tiba, rambutku dijambaknya dan
Murni kembali orgasme. “Mmmmmaaaaaaaasssssssss,
aaaaaaaaaauwwwwhhhhhhhhh, nnnnnnnnnggggggghhhhhhhhhhhh.
aaaaaaaaahhhhhhhhh!!!!!!!” itulah yg keluar dari mulutnya sambil melepas
cairan kenikmatannya.
KUjilati lelehan cairan memek yg
membasahi sekitar bibir dan kumisku. Tak kulepaskan pula cairan yg
meleleh sekitar memeknya. Tubuhnya melemas setelah dua kali kubuat
orgasme. sambil kupandangi tubuh yg mulus yg tergolek lemas, kulepas
celana dalamku. Kontolku langsung mnerobos setelah sedari tadi kukurung
didalam CD.
Langsung kuarahkan kepala kontolku
kehadapan memeknya. Ku oles-oles di permukaan memeknya yg basah. Kembali
Murni menggelinjang dan berdesah. Tak sabar kucoba masukkan kontolku ke
liang memeknya. Murni sedikit menolak dengan kembali merapatkan
pahanya.
“Gapapa sayang, aku dah ga kuat lagi
sayang…” pintaku memelas…. “Ga mau mas, Murni takut hamil. Nanti Bu Lik
Ning marah sama aku!” “Murni sayang, aku kan sudah bilang kita akan
menikah, ga usah takut. Bu Lik Ning sudah merestui hubungan kita. Ayo
sayang, jangan siksa aku ….!?” kataku sambil terus berusaha membuka
pahanya yg masih merapat.
Nafsu birahi yg semakin memuncak membuat
aku berbuat sedikit kasar dengan memaksanya mebuka pahanya yg tertekuk.
Akhirnya Murni menyerah. Ia membuka pahanya dan tak buang waktu lagi
langsung kusodokkan kontolku kedlam memeknya dengan perlan.
“Awwwh… pelan-pelan mas, sakit… aaahhh…
ssshhhh…”. “Tenang sayang, sakitnya cuma sebentar, nanti juga enak!”
rayuku sambil terus berusaha memasukkan kontolku. Kugerakan pantaku maju
mundur dengan irama santai agar Murni menikmati sensasi kepala kontolku
yg mencoba menembus memeknya.
Dan akhirnya, blesssssss… cretttt….
kontolku masuk sebagian dan dilelehi cairan darah perawannya diiringi
dengan lenguh kesakitan Murni dan tangannya mencengkeram erat lenganku.
Kulihat ia mengigit bibir agar tidak berteriak. Kudekatkan wajahku dan
kulumat bibirnya. Agar Murni terangsang kembali, kuremas pelan
payudaranya dan sesekali kuplintir halus putingya.
Alhasil, putingnya kembali mengeras
tanda ia mulai terangsang lagi. Kurubah posisi tubuhku sedikit
berjongkok sambil kupegangi kedua belah pahanya. Kulakukan lagi gerakan
maju mundur. Kulihat murni menangis, kuseka air matanya dgn jariku
sambil terus kupompa memeknya.
Tak lama, kudengar Murni mulai melenguh
nikmat, “aaaahhhh, sssshhhhhhhhh, oooooooowwwwwwwwwwwwhhhhh……..
nnnnnnnnnnnnngggggggghhhhhhhhhh….. aaaaaahhhhh…..!” terus kopompa
memeknya dengan sodokan kontolku. Tak terasa hampir seluruh kontolku
sudah masuk keliang memeknya. kuturunkan pahanya agar menindih pahaku.
Kuletakkan tangan diatas lantai dan terus memompa memek Murni yg sempit
dan licin.
Sekitar 10 menit kupompa memeknya,
terasa aku akan ejakulasi. kupercepat gerakanku agar cepat kunikmati
sensasi orgasmeku. dan tak lama, “Aaaaaaaaaaaaaassssssshhhhhhhh…………
uuuughhhhhh…… crrrroooooooooot……. crot. crottttt…. kulepas lendir
kenikmatan di dalam memek Murni dan akupun terkulai lemas.
Setelah mengatur napas, kucabut pelan
kontolku dan kucari pakaian kotorku untuk mengelap lelehan spermaku dan
cairan memek Murni yg telah tercampur dgn darah perawannya. Kulap memek
Murni dengan lembut sambil sesekali kucium aroma memeknya.
Terlihat Murni matanya basah, kurebahkan
badanku disebelahnya dan kuciumi pipinya. “Sayang kenapa nangis? Kamu
nyesel melakukan ini dengan mas” tanyaku. “Murni ga nyesel mas, Murni
nagis karena nahan sakit tadi. Murni seneng kok mas. Murni seneng bisa
bikin mas bahagia, murni juga pengen mas bikin Murni sebahagia mas.
Jangan pernah ninggalin Murni mas!”. Tak
kujawab malah kuraih kepalanya dan kulumat lembut bibirnya. Kuangkat
tubuhnya agar menindih tubuhku. Murni memelukku. dan kami bergumul
saling memagut bibir. Akibatnya, kontolku kembali bangun.
Kupinta Murni menjilati kontolku tapi ia
menolak terus. Akhirnya kupinta ia berjongkok diatas mukaku. Kujilati
lagi memeknya yg montok. Sesekali kugigit lembut kelentitnya yg
meruncing. dan kami melanjutkan kembali pertempuran. Kupinta Murni
nungging, mula-mula ia bingung.
“Mas jangan dimasukin ke pantat. Bau
ih…. !!”…. “Nggak sayang, kamu diem aja, aku mau masukin ke memek kamu
dr belakang. Rasanya lebih enak sayang…” Kusodok pelan memeknya yg sudah
mulai kuyup lagi. 5 menit kulakukan gaya shaggy. Kusuruh Murni
merapatkan pahanya sambil berpegangan ke tembok. Terus kusodok dia dgn
irama agak cepat.
Akhirnya, “Massssss… Murni mau kluar nih
…… aaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhsssssss…… sssssssssshhhhhhh…
aaaaaaaaaahhhhhhhhhhh…!” . “tahan sayang, kita keluar barengan aja.”
Pintaku. dan tiba tiba murni berdiri dan terjatuh sambil meregang
melepas orgasmenya…. ooooooooooooooooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhh….mas
Murni lemes banget.
Sementara aku mulai merasakan
tanda-tanda orgasme pula. kudekatkan payudaranya ke kontolku dan kujepit
kontolku dgn payudaranya. Kugoyang-goyang payudaranya hingga kontolku
terasa seperti dikocok dan … aaaaaaaahhhhhhhh………. akhirnya kulklepaskan
kembali lahar kenikmatanku di toket murni si calon istri ku.
Sampai jam 12 malam kami bersetubuh
seperti calon istri dan suami. dan ketika hendak berpakaian kuajak Murni
ke kamr mandi dan kulap tubuhnya dengan handuk kecil yg sudah aku
basahi. Ketika mengelap pyudaranya kembali aku terangsang dan
menjilatinya lagi. sambil berjongkok kulap seluruh tubuh mulusnya dgn
handuk basah. dan saat mengelap memeknya kubenamkan kepalaku dimemeknya
seakan aku tak mau lepas dari barang yg sudah memberikan 3 kali
kenikmatan padaku.
Kuberikan CD dan celana Leggingnya, “Ga
usah pake cd mas, basah ntar lengket. simpen aja disini. besok Murni
cuci. Takut ketauan klo dibawa kewarung”. “Kirain buat kenang-kenangan
aku sayang, kan kamu calon istri ku”, jawabku sambil mengecup bibirnya.
“Udah dapet isinya, bungkusnya juga
masih mau!” katanya sambil memakai celana legging. kamipun berpakian
kembali dan kulepas Murni pulang dengan pelukan erat dan kecupan halus
dibibirnya. “Kapan-kapan kita lakukan lagi ya sayang!?” pintaku kepada
calon istri ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar