UNITED4D - Lelaki seperti aku ini bukanlah lelaki yang puas hanya dengan berhubungan dengan satu wanita. Postur badanku tinggi dan besar, maka sering kali aku melihat wanita-wanita melihatku ataupun hanya sekedar melirikku untuk memperhatikan besarnya tubuhku.
Baca Juga :
Pembantu Janda Itu Pemuas Nafsuku
Aku menikahi istriku beberapa tahun lalu setelah kami berpacaran 7 tahun lamanya. Semenjak kira pacaran berduapun aku sudah tahu kalau aku berpacaran tidak mau hanya “sekwilda” (sekitar wilayah dada) atau bercumbu bermesraan bagai
sepasang merpati memadu kasih.
Buatku kasih itu diukur dengan kegiatan seks yang telah kita lakukan. Istriku ini pertama kali tahu bentuk burung seorang laki-laki itu dari aku, karena aku yang memberitahunya, mulai dari cara memegang, mengulum sampai cairannya keluar. Kejadian pertama aku lakukan kepada istriku sekarang sewaktu kita masih berpacaran, yaitu pada saat aku masih kost dekat dengan kampusku.
Aku ajak dia bermesraan di dalam kamar, lalu kubuka pakaiannya atasnya, kuciumi buah dadanya yang saat itu masih mengkel dengan puting berwarna merah kecoklat-coklatan. Dia menggelinjang merasakan nikmatnya isapan di payudaranya. Kubiarkan dia mendesah dibarengi dengan erangan nafsu yang coba membakar dirinya. Masih terus aku mencium dan menjilati puting payudaranya, tangan kananku asyik membuka celana jeansnya. Dia benar-benar lupa diri saat itu, dia biarkan celananya lepas dari kakinya. Pelan-pelan kulepas lagi celana dalamnya dan kutarik sampai ke ujung kaki. Kulihat bulu-bulu yang tumbuh di sekitar vaginanya.
Kuusap-usap sesekali kegenggam gundukkan vaginanya terasa begitu tebal dan basah. Dia mendesah dan menggeliat tak karuan, dari dada aku langsung turun ke bawah untuk mencium aroma vaginanya. Dia terdiam sambil melihatku turun kebawah dan mencium vaginanya. Sesampainya aku di vaginanya, langusung kucium bulu-bulunya dan kutempelkan bibirku di bibir vaginanya. Dia mengerang dan meremas kepalaku dengan kencang, aku tahu kalau dia sudah nggak tahan diperlakukan seperti itu.
“Suu.. suddah dong, aku nggak tahan lagi” erangnya.
Aku dekati wajahku ke mukanya dan kulumat bibirnya, sambil berkata, “Kenapa? Kamu geli banget ya?
“Sudah ya, nanti kita keterusan.. bisa bahaya nanti” pintanya.
“Inikan baru pemanasan!” jawabku.
“Memangnya mau ngapain lagi, sudah ya.. jangan lagi!” tegasnya.
Aku diam tertunduk sambil menahan gejolak birahi yang sudah bangkit dan mau meledak ini.
“Kok diam, kenapa.. kamu jadi pusing ya?” tanyanya sambil tersenyum.
Aku mengangguk pelan, dan dia memegang mukaku dan menciumku dengan lembut.
Aku kembali memegangi payudaranya dan memilin putingnya. Dia kembali mendesah, dalam hati aku berharap permainan ini harus tuntas. Aku mencium payudaranya dan mengarahkan tangan kirinya ke arah burungku yang sudah mengencang. Pelan-pelan dia buka resleting celanaku dan mencoba meraih burungku yang ada di balik celanaku. Aku merasakan sepertinya dia kesusahan meraih burungku. Aku bangun dari tempat tidur, membuka kaos dan celanaku sampai telanjang bulat. Dia melihat terbelalak melihat burungku, aku duduk di sampinnya dia tidur.
Aku pegang tangannya dan mengarahkannya ke arah burungku. Burungku juga sudah basah dengan cairanku sendiri, begitu dia pegang burungku terasa tanganya menjadi licin karena cairanku sudah banyak keluar. Tangannya bergerak sesuai dengan nalurinya memaunkan burungku. Asyik dia bermain dengan burungku sedangkan aku asyik memandangi tubuhnya yang putih itu. Aku dekatkan kembali bibirku ke bibir vaginanya sambil menciumi bulu-bulu yang tumbuh di vaginanya. Sekarang posisi kita jadi 69 cuma bedanya aku tidak diatas badannya. Aku jilati semua daerah di sekitar vaginanya kadang aku buka bibir vaginanya dan memainkan itilnya. Dia mengejang dan merintih menahan kegelian yang kulakukan di vaginanya.
Aku bangun dari tempatku dan langsung menindihnya. Dia sudah nggak tahan lagi untuk segera melakukan hubungan badan denganku. Dia terus memegang burungku dan coba untuk mengarahkan ke lobang vaginanya. Kutahan tangannya yang coba memaksakan burungku masuk ke dalam.
“Lho kenapa? Kok kamu jadi berhenti?” katanya.
“Jangan dimasukkan deh, aku nggak mau beresiko” jawabku.
“Kamu maunya diapain?” jawabnya lagi.
Aku tempelkan burungku ke bibir vaginanya, ketekan dan kegesek-gesek. Dia mengerang geli dengan mata yang tertutup rapat. Aku tindih badannya dengan badanku dan terus menggerakkan pantatku maju mundur. Dia terus mengerang dan mendesah. Aku paling senang melihat wanita kalau lagi berhubungan badan, desahannya, erangannya, dekapannya sampai kenikmatan yang aku berikan, seperti lupa segala-galanya. Dia ikut bergerak tak menentu untuk menambah kenikmatan itu. Pelukannya kurasakan makin kencang dengan ditambah dekapan kakinya di pinggangku semakin mengeras.
“Ahh.. aku kkelluarr, ah.. ah.. ah” desahnya.
Aku ciumi dia dengan semangat agar dia bisa merasakan orgasmenya dengan nikmat. Akhirnya dia menegang dan badannya seperti kesetrum listrik bergetar menahan banyaknya cairan yang dikeluarkan. Aku peluk dia sambil tersenyum, dia sepertinya malu dan kemudian menyembunyikan wajahnya dalam dadaku. Aku angkat wajahnya dan kulihat wajahnya sayu menahan malu dan nikmat yang dia rasakan.
“Enak sayang, nggak usah malu, itu normal kok..!” kataku.
“Kamu juga udah keluar!” tanyanya lagi.
“Belum!” jawabku.
Aku duduk disampingnya yang ikut duduk untuk kembali mendekapku dari samping.
“Burungmu masih berdiri aja sih, emang nggak diam dulu?” katanya.
“Kalau belum keluar mana mau tidur dia?” kakakku.
Dia pegang burungku dengan dua tangannya. Dia pelintir burungku dan memegangi biji-bijiku, kurasakan nikmat tangan pacarku ini. Aku pegang kepalanya dan mengarahkannya ke arah burungku, dia mendekat dan menciuminya. Aku perhatikan dia memperlakukan burungku, cuma dicium bukannya dikulum.
“Masukkan dong ke dalam mulut” ajarku.
“Ah nggak ah, jorok kan..” jawabnya.
“Yah, kagak bakal keluar kalau cuma digituin sayang” jawabku.
“Dimasukkan begini?” kayanta sambil mengarahkan burungku kemulutnya.
“Iya, kayak kumu makan es krim!” kataku.
Kemudian pelan-pelan sedikit demi sedikit dia mulai memasukkan ke dalam mulutnya. Lama kelamaan dia mulai mengerti apa yang maksudnya dikulum. Dia belajar cepat untuk pemula sepertinya. Dia kocok dan dia masuk dan keluarkan kepala burungku dari mulutnya. Tak lama aku berdiri di depannya, sementara dia duduk di penggir kasur. Aku arahkan batang burungku kemulutnnya. Aku kocok burungku di dalam mulutnya. Sesekali kulihat dia menelan semua batang burungku dan hendak tapi ditahannya.
“Ah, aku udah mau keluar sayang” kataku.
Dia pegang batangku dengan dua tangannya dan membantu mengocok-ngocok batang kemaluanku. Begitu sudah mau keluar kucabut batangku dari mulutnya dan terus mendekap kepala pacarku itu ke arah burungku. Tangannya terus bergerak dam mengocok kepala burungku sambil menciumi batang burungku.
“Ah, ah.. achhs.. hhaahh..” suara yang keluar dari mulutku.
Dia cium seluruh burungku dengan tanpa henti mengocok burungku membuat aku semakin banyak mengeluarkan cairan dan membasahi pipi kananya. Badanku masih mengejang dikit-dikit akibat tangannya yang masih belum diam mengocok burungku.
“Sudah sayang, sudah.. gelikan?” kataku.
“Ihh, pipi aku jadi belepotan kamu bikin” katanya.
Aku rangkul dia dan memeluknya sambil tiduran dan dia memelukku erat.
“Enak juga yah.. tiduran berdua begini telanjang lagi..” candaku.
“Kamu emang demen begini?” jawabnya.
“Eh, siapa yang nggak suka tidur telanjang berdua begini?” jawabku.
Dia diam saja sambil terus mendekapku dan mengelus kepalaku.
Sekarang dia sudah jadi istriku, dan sebelum kami menikaHPun kami tidak pernah melakukan hubungan badan hanya esek-esek saja. Aku selalu bilang kepadanya dulu, kalau kita melakukannya dan menikah, malam pertama kita tidak lagi istimewa karena sebelumnya kita pernah melakukanya. Dan alhasil malam pertama, kita melakukannya pertama kali bersama dan itu nikmat yang kurasakan saat itu.
*****
Sekarang kami tinggal di rumah dengan type mungil ditambah satu orang pembantu dan sering kali keponakkan perempuan kita menginap disana. Pada hari tertentu Keponakan nginap karena dia harus masuk pagi ke kampus, supaya nggak telat katanya. Keponakan berkulit coklat dan manis, dan sudah kuliah semester lima. Tergolong pintar dibandingkan temen-temennya yang lain, IPK-nya 3,4. Sore itu aku pulang lebih awal dari kantor, kulihat keponakkanku duduk di teras depan dengan kedua teman perempuanya. Mereka seperti sibuk membuka buku-buku kuliah.
“Lho, kok pada duduk diluar! Belajar di dalam sana!” sapaku.
“Sore Oom..!” kata kedua temannya serentak.
Aku ikut duduk di lantai sambil membuka sepatuku dan coba melihat buku apa yang mereka baca.
“Mau ujian baru pada buku?” kataku.
“Iya nih, besok ujian akhir Oom..” kata temannya yang satu.
“Ujian apa?” tanyaku lagi.
“Akuntansi Biaya, Oom” jawab keponakkanku.
“Mau Oom ajari nggak, Oom kerjanya ngurusin akuntansi perusahaan” tawarku.
“Mau, mau Oom..” serempak mereka berteriak.
“Oom mandi dulu yah..” kataku sambil masuk ke dalam rumah.
Kulihat sekilas gadis-gadis muda belia itu, segar dan benar-benar membuatku mengenduskan nafas panjang. Selesai mandi sesuai dengan janjiku aku ajari mereka soal akuntansi, sampai jam 8.00 malam temannya yang satu pamit pulang sedangkan temannya yang satu nginap di rumahku.
*****
Malam itu aku masih menonton film tengah malam, kudengar pintu kamar keponakkan terbuka dan kulihat keponakkan bangun dari tidurnya.
“Belum tidur Oom!” katanya sambil menggosokkan matanya.
“Belum! Mau ngapain bangun malam begini” tanyaku.
“Haus Oom, Pinta mau minum” jawabnya sambil duduk disampingku.
“Ya, udah Oom ambil dulu!” kataku.
Kulihat dia memakai baju longdress pendek tipis dan tanpa menggunakan BH, pentilnya menonjol keluar memberkas di baju tidurnya. Selesai ambil minum kedekati dia dan menyodorkan minuman.
“Temanmu sudah tidur?” tanyaku.
Pinta hanya mengangguk sambil terus meminum air putihnya sampai habis.
“Ahh, enak, segeer. Oom nonton apa!” tanyanya.
“Ah, film barat! Apa ya judulnya?” jawabku.
Kulihat dia mau ikutan nonton dan terus merebahkan kepalanya dibahuku.
Kurangkul dia dengan lembut sambil berkata, “Sudah tidur sana!”.
Sambil merangkulnya kulihat payudaranya dari balik baju tidurnya. Begitu mengkal dan mantap, badanku bergetar pelan melihat pemandangan itu. Kurangkul dia erat dengan kedua tanganku, tangan kananku menyentuh dua bukit yang tertutup baju tidur. Aku elus tangannya dia pelan-pelan, aku benar-benar pengen menciumnya. Lupa diriku membuat aku nggak sadar akhirnya untuk segera menciumnya. Kudekap mukanya dan kucium dia bibir mungilnya dengan pelan-pelan. Matanya terbuka dan kemudian dia mendorongku pelan.
“Oom, jangan Oom!” tegasnya.
“Oom cuma mau cium kamu aja kok” kataku.
“Tante di kamar lho Oom, udah ah Pinta mau tidur!” ujarnya.
Aku pegang tangannya lembut dan coba untuk membiarkannya pergi tidur.
“Oom kenapa? Emangnya Oom lagi mau!” tanyanya lagi.
“Ah nggak kok, tadi Oom cuma mau cium kamu aja” jawabku.
Pinta kembali duduk mendekatkan diri kepadaku. Dia cium pipi kiriku, dan menarik mukaku berhadapan dengan mukanya serta mencium bibirku.
Aku terhentak kaget, “Eh, sekarang kamu yang aneh..!” kataku.
“Sini Oom, Pinta pegangin aja ya..!” kata keponakkanku.
“Kamu serius, Pinta!” jawabku.
“Oom mau nggak, n’tar Pinta tidur nih” ancamnya.
“Emangnya kamu pernah..” kataku terpotong.
“Udah deh, nanti Tante bangun.. Oom nggak jadi!” jawabnya cepat.
Dia masukkan tangannya ke dalam celanaku, memegang dan coba membangunkan burungku yang sedang tidur. Aku turunkan celanaku agar dia bisa leluasa bekerja, dan membuka baju atasnya agar bisa kulihat payudaranya. Payudaranya begitu bagus terlihat oleh mataku, kuremas dan kupilin petilnya. Pinta mendesah kegelian dan membuat kocokannya semakin cepat.
Dia lepas tanganku dan berkata “Oom aja deh..”.
Dia tertelungkup dan menghisap batanganku, nikmat kurasakan kuluman keponakanku ini. Dalam hati berpikir kalau dia pernah melakukan hal ini sebelumnya.
“Kamu pernah begini, Pinta!” tanyaku.
“Cuma pacar Pinta sering minta Pinta giniin” ujarnya.
Dalam hatiku berpikir, “Sama kayak aku pacaran dulu dong?!”.
Dia terus mengulum burungku dengan kocokan tangan kanannya yang sudah mengetahui seluk beluk burung laki-laki. Makin cepat kocokannya membuat diriku mengerang pelan dan meremas pantatnya yang keremas-remas.
“Oom.. nggak kuat Pinta, Oom mau keluarr..!” erangku.
Pinta bangun dari tempatnya dan pindah jongkok menghadap burungku. Dia kocok burungku dengan mengarah ke mulutnya yang terbuka. Aku benar-benar merasakan nikmat luar biasa dengan sensasi yang dia lakukan.
“Ahh.. sshh, Piinntaa..” erangku.
Dan.. croot.. croot, keluarlah spermaku dan masuk kedalam mulutnya. Dia terus mengock membuat cairanku keluar banyak sekali (ada kali 6-7 kali). Mulut dan mukanya penuh dengan spermaku, selesai spermaku keluar dia kulum lagi batangku dengan lembut. Wah, hebat banget keponakanku ini, pintar luar dalam. Puas dia kulum burungku, aku cium bibirnya dengan mesra.
“Terima kasih sayang.. Kamu benar nggak mau juga!” ucapku.
Dia bangkit berdiri dan sambil tersenyum mesra dia berkata “Besok-besok aja Oom..”.
Pinta langsung ke kamar mandi dan masuk kamar. TV ku matikan dan masuk kamar, istriku tertidur pulas banget. Aku dekap dia dari belakang dan ikut tidur puas.
Sabtu aku libur, istriku sudah bersiap-siap pergi dengan beberapa teman komplek, katanya sih ada acara masak-masak di tempat temannya yang akan menikahkan anak sulungnya.
“Pa, Mama ajak Surti (pembantu rumahku) ya..” katanya.
“Mama lama ya?” kataku.
“Ah, nggak. Orang cuma di komplek aja kok. Sore juga pulang” jawabnya.
“Ya udah!” jawabku.
Gak lama istri dan pembantu udah ngacir pergi. Aku ambil perkakas kerja dan naik keatas genteng membetulkan yang bocor.
“Oom, Tante.. Pinta datang” teriak Pinta.
“Oom diatas, Pinta!” balasku.
“Ngapain? Jatuh lho main diatas genteng” candanya.
Aku tersenyum bergegas menyelesaikan pekerjaanku, dalam hatiku menggebu-gebu karena keponakkan kesayanganku datang.
Sampai dibawah, Pinta menghampiriku bertanya “Tante mana?”.
“Pergi ke rumah temannya, acara masak-masak” tandasku.
“Si Mbok dibawa juga” tanyanya lagi.
“He-eh, lho kamu udah liburan yah..” tanyaku balik.
“Iya, sambil nunggu hasil ujian” katanya.
“Kamu mau minum apa” tawarku.
“Gak mau minum, aku mau ama Oom aja” jawabnya dan merangkulku.
“Yeah, baru sampai langsung eksen..” candaku.
Dia terus merangkul aku dan mendekapku dengan kencang.
“Ayo dong Oom, nanti tante keburu datang” mintanya.
“Ah, Tante pulang sore kok” jawabku.
Kami ngobrol di depan TV ngalor ngidul menceritakan pengalaman kita bermain seks, ternyata Pinta memang tergolong keponakkan yang supel (“Suka Peler”).
*****
Singkat cerita kami sudah bergumul saling mencium dan melumat bibir lawan mainnya. Dia begitu panas hari ini, kulepaskan pakaiannya satu persatu dan terus melumat payudaranya. Dadanya bagus, kencang dan putingnya hitam kecoklatan. Aku hisap puting kanannya dan tangan kiriku meremas yang kiri. Dia menggelinjang kencang ditambah desisnya yang kadang mengencang ditambah suaranya yang keluar “Aahh..”. Aku jilati bagian perut dan pusarnya membuat dia makin tergila-gila menahan kenikmatan ujung lidahku. Puas diatas, ditengah sekarang aku ke bawah. Celana dalamnya masih dipakainya, kulihat celana dalamnya sudah basah oleh cairannya sendiri. Aku turunkan celananya dan membuangnya dekat TV. Aku turunkan kepalaku dan melumat bibir vagina keponakkanku. Dia mengerang keras dan menjepit kepalaku dengan kedua kakinya. Aku buka vaginanya dan kulihat itilnya yang kecil, segera kucium dan kujilati naik turun membuat dia semakin menggelora.
Lama sekali aku menjilati vaginanya, karena aku ingin membalas budinya pada malam itu. Sekarang saatnya aku membalas budinya dengan cara melumat dan menjilat kadang kusedot keras itilnya. Dia bergerak naik turun untuk mengibangi gerakan mulutku yang ada di sekitar lobang vaginanya.
“Ah, uh.. Pinta mau keluar Oom..” katanya terpatah-patah.
Aku semakin meningkatkan gerakanku, dan dia semakin mengencangkan jambakannya ke rambutku.
“Ahh.. ah.. Ooomm, Pinnta..” badannya mengejang keras.
Kakinya mendekapku erat dan aku hampir tidak bisa bernafas dibuatnya. Dia menegang beberapa kali, dan aku membenamkan seluruh mukaku ke vaginanya. Dia kejang-kejang sedikit begitu masih kujilati itilnya, kemudian dia tarik aku, dicium dan dilumatnya bibirku dengan nafsu.
*****
Ternyata dia memang belum mau berhenti, dia terus menciumi aku dan mendorongku untuk tiduran, aku mengikuti apa yang dia inginkan. Dia langsung mengarah ke burungku dan menghisapnya. Kubiarkan dia memainkan burungku, dia jilat bijiku, dia kulum kepala burungku dengan cepat. Aku duduk dibawah dan menuntunnya untuk menduduki aku diatas. Dengan cepat dia mengerti apa yang kumaksud, dia berjongkok diatas burungku. Tangan kananya memegang burungku dan mengarahkannya ke lobang vaginanya,
slleebb.. sekarang burungku ada disangkarnya.
Pinta mendesah dan menatapku dengan pandangan sayu dan birahi. Pelan dia angkat pantatnya dan pelan pula di menurunkannya. Aku hanya memperhatikannya dan melihatnya memasukkan dan mengeluarkan burungku di vaginanya. Setelah terbiasa dia mulai melakukan gerakan berirama. Kadang naik turun, kadang pantatnya memutar kiri dan kanan, membuatku benar-benar merasakan kenikmatan vagina keponakanku sendiri. Aku genggam pantatnya kubantu dia menggerakkan pantatnya. Pinta benar-bebar menikmati burungku dia terus menggerakkan dengan kekuatanya untuk mendapatkan kenikmatan kedua kalinya. Aku sendiripun sebenarnya sudah tak tahan lagi, tapi Pinta sepertinya mau keluar lagi.
“Ahh.. hhaahh” suaranya.
Desahan panjang dengan getaran badannya membuatku tahu kalau dia sudah orgasme untuk kedua kali.
Kuputar badannya untuk segera aku tindih, aku sudah nggak tahan.
“Oom nggak tahan nih..” pintaku.
Pinta membetulkan posisinya dengan duduk dan bersandar di sofa dibelakangnya. Aku masukkan kembali burungku ke vaginanya, kali ini aku sudah nggak tahan lagi.
“Oom, jangan dimasukkin yah maninya..” ajar Pinta kepadaku.
Aku mengangguk dan terus menggenjot pantatku maju mundur.
Pinta mencium bibirku sambil memainkan lidahnya di dalam mulutku danmenjilati mukaku. Begitu mau keluar, kucabut batangku dan mengocokknya diatas vaginanya, Pinta terus menciumku dan ikut melihatku mengocok burungku sendiri.
“Achh.. ahh.. ahh..” desahku.
Kukeluarkan semua spermaku keatas perut, tembakan spermaku yang pertama kena di pipi kiri Pinta sementara sebagian ada di perut dan menetes di sekitar bulu-bulu vaginanya. Banyak juga kulihat spermaku keluar, kental dan banyak. Aku bagkit dan mengarahkan burungku untuk dikulum Pinta, aku geli luar biasa merasakan kuluman Pinta. Kami terkulai bersama diatas karpet di depan TV rumahku. Pinta tiduran di sekitar perutku sambil memainkan burungku yang sudah mengecil, dan aku duduk bersandar sofa.
*****
“Pinta, Pintaa..!” seorang gadis memanggil keponakanku di luar.
Kami sedikit panik dan bergegas untuk bangkit serta berbenah diri, tapi itu temannya Pinta sudah membuka pintu depan dan memandang kami yang bertelanjang bulat. Pinta langsung berlari ke depan pintu dan menarik tangan temannya itu.
“Kamu ngapain, Pinta?” tanyanya sambil melihatku bertelanjang.
“Kamu nggak usah bawel deh..” jawab Pinta dengan sedikit judes.
“Hai!” sapaku ke temannya Pinta yang nginap waktu itu.
Temannya tersenyum sedikit, dan Pinta menutup pintu kembali setelah menarik temannya duduk dekatku. Temannya bingung nggak karuan melihatku yang masih telanjang dan duduk disampingnya.
Pinta langsung duduk ditengah-tengah kami, dan berkata “Tumben kamu hari Sabtu kesini? Biasanya udah ngilang!” tanya Pinta.
“Aku.. aku, nggak jadi pergi, makanya aku kemari..” jawab temannya gugup.
“Kamu takut ya?” tanyaku kepada temannya Pinta.
“Takut..? Takut apaan.. dia takut? seneng kali!?” potong Pinta.
“Lho kok kamu yang jawab?” tanyaku ke Pinta.
“Dia ini Oom yang ngajari aku beginian..” jelas Pintaku.
“Ah, nggak Oom, Pinta bohong..!” jawabnya sambil tertunduk malu.
Aku mendekap Pinta dari belakang, kurangkul dia dari belakang sampai kuangkat dia kepangkuanku, kembali aku cium tengkuknya. Ku ciumi punggungnya dan tanganku meremas payudaranya. Kuputar sedikit badannya agar aku bisa mencium payudaranya. Aku terus mencium dan menghisap puting payudaranya, sedangkan kulihat tangan kiri Pinta mengelus pipi temannya. Temannya beringsut malu dan sesekali melirik kami berdua. Pinta melepaskan rangkulanku dan mendekati temannya. Dia ciumi temannya itu, temannya diam dan coba untuk membrontak tapi Pinta sepertinya tau kalau itu bohong.
Temannya melirikku dan melihat batang burungku yang masih tidur. Aku pegang kepalanya dan menuntun temannya kearah burungku, temannya mengikuti gerakan tanganku. Posisi kita di sofa sekarang benar-benar kayak di film bokep aja, temananya Pinta tertelungkup dengan mukanya di burungku, Pinta nungging membelakangiku dengan kaki kiri naik disandaran sofa membuatku melihat garis vagina keponakan. Sementara batang burungku asyik dilumat sama temannya Pinta tangan kanan kiriku meremas payudaranya temannya Pinta, tangan kananku memegang vaginanya Pinta. Sedangkan Pinta sudah asyik menjilati vagina temannya. Mereka berdua mendesah, bergumam masing-masing kudengar.
Lama kami saling menjilati, melumat dan mencium kemaluan lawan main. Aku membantu Pinta untuk membuka baju temannya, setelah itu kita saling memandang tubuh telanjang kami. Pinta langsung meniduri temannya dan kemudian menuntun burungku untuk dimasukkan ke vagina temannya. Kami bertiga bermain di sofa, aku mamsukkan burungku ke vagina temannya, Pinta menghisap dan memainkan payudaranya temannya. Aku kocok keluar masuk burungku, kudengar temannya hanya mendesah dan mengeluarkan kata-kata ah, uh aja.
Temannya memegangi tangan kiriku dan terus ikut mengerakkan pantatnya maju mundur sedangkan tangan kanannya merangkul Pinta untuk terus menghisap payudaranya. Payudaranya putih dan mulus kulihat bergerak keatas kebawah mengikuti sodokan burungku.
“Ahh.. ahh, akuu.. ahh” jerit temannya Pinta. Dan badannya mengejang tegang sekali, aku terus mempercepat gerakanku semetara Pinta melumat bibirnya dengan cepat. Kulihat temannya mengejang sampai akhir, kubiarkan burungku di dalam vaginanya. Temannya melepas rangkulannya ke Pinta dan datang menghampiriku sambil mendekap dan menciumiku.
Kucabut batang burungku, kali ini Pinta yang nungging dan minta untuk dimasukkan burungku. Aku menurut saja, kemasukkan burungku ke dalam vagina Pinta dan bergerak maju mundur. Pinta benar-benar nikmat sekali sepertinya, sementara temennya sudah tiduran di bawah payudaranya Pinta. Kulihat vagina temannya, sambil burungku main dengan vagina Pinta tangan kananku memegangi vagina temannya. Kulihat mereka asyik dengan permainan bebas berekspresi seperti ini.
Pinta membuat gerakan maju mundur yang berirama dan aku meihat temannya sudah basah lagi. Aku capek dibuat sama mereka, aku berhenti dan duduk di sofa, Pinta melihatku dan beranjak hendak menduduki aku. Kubiarkan dia memasukkan kembali batang burungku dan terus menggoyangnya dengan lihai. Temannya mendekati wajahku dan mencium bibirku. Kembali vagina temannya Pinta kupegangi dan sambil kumainkan itilnya.
Pinta mempercepat gerakannya, dia asyik sendiri dengan menikmati burungku yang ada di dalam vaginanya kadang naik turun, memutar-mutar tak menentu. Temannya Pinta jatuh tidur di dadaku dan mendesah-desah karena itilnya kumainkan terus tanpa henti sedari tadi.
“Ahh.. ahh.. ah, Oom..” temannya Pinta sudah keluar lagi.
Dia gigit puting dadaku menahan rasa nikmat yang dia rasakan. Sementara itu Pinta semakin mempercepat gerakannya, badanku bergoyang dan bergerak nggak karuan akibat goyang si Pinta. Temannya Pinta sudah duduk di sampingku dan melihat Pinta yang sedang sibuk bergerak sendiri untuk mecapai orgasmenya lagi.
Kemudian, “Ahhcchh.. Ooomm, Piinntaa suudah kelluuaarr..” katanya.
Dia langsung jatuh kepelukkanku dan badannya kejang-kejang beberapa, bergetar dan kakinya menjepit pinggangku sambil menggoyangkan pantatnya memutar-mutar. Aku peluk dia sambil kuciumi tengkeku lehernya, tanganku memegang pantatnya yang montok dan keras itu. Pinta kembali bangun dari pelukanku dan menciumku dengan ganas.
“Ihh, Oom hebat juga yah..” katanya manja padaku.
“He.. he.. he” tawaku bangga.
Pinta kembali menciumku dan memelukku dengan gemas. Burungku masih ada dalam lobang vaginanya Pinta dan sudah nggak tahan untuk segera menyelesaikan permainan panas ini.
“Oom, belum keluar lagi ya?” tanya Pinta.
“Belum.. ayo dong cepet, nanti Tante pulang nih..!” jawabku cepat.
Pinta langsung mencabut burungku yang sudah mengkilat kayak abis disemir akibat cairan si Pinta.
Pinta mendekati burungku mengelapnya dengan kaosku karena cairannya Pinta sendiri yang membanjir burungku dan mulai mengocok serta menciumnya. Pinta langsung mengulum burungku dengan gerakan erotisnya, temennya Pinta tertarik untuk bergabung dengan Pinta. Dia ikut turun ke bawah dan memegang bijiku serta menciumi pahaku. Aku benar-benarterangsang berat melihat dua gadis sedang menikmati burungku, ada yang mengulum dan ada yang menciumi daerah sekitar burungku.
Aku merasakan nikmat yang amat sangat diperlakukan seperti ini. Kulihat kadang mereka berganti-ganti mengulum burungku. Akhirnya lama mereka mencium dan mengukum burungku, pertahananku jebol dibuat mereka.
“Ahh.. aarrgghh.. ah, uhh..” desahku.
Mereka berbagi sperma yang kukeluarkan sambil mengocok dan menempelkan bibir mereka di ujung kepala burungku yang masih mengeluarkan sperma.
Setelah selesai aku mengeluarkan spermaku, mereka kembali mencium dan menjilati batang burungku sesekali mengulumnya. Aku merasakan geli yang bisa membuatku terbang ke awan sono. Akhirnya aku angkat mereka dan kutarik duduk disampingku. Pinta sebelah kananku dan temannya ada di sebelah kiriku. Aku peluk mereka berdua dan kucium bibir mereka satu-persatu segbagai tanda terima kasihku.
Akhirnya mereka bangkit dan terus berjalan ke kamar mandi sedangkan aku masih duduk termangu memandangi tubuh mereka dari belakang berjalan dengan lenggak lenggok ke arah kamar mandi.
*****
Semenjak itu aku dan keponakan melakukannya lagi denganku disaat rumah benar-benar aman untuk kami berdua, kadang malam hari kadang siang hari disaat istriku sibuk ama teman kompleknya. Pinta sering juga mengajak temannya itu datang ke rumah untuk bisa melakukannya lagi bersama-sama aku. Sekarang Pinta sudah menikah dengan pacarnya itu, mereka sepertinya hidup bahagia begitu juga denganku dan istriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar