UNITED4D - Masa Pubertas pasti melanda siapa saja. Tak terkecuali anak perempuan majikanku. Ia perempuan ranum, Pelajar SMA. Tetapi rupanya telah memiliki fantasi dan pengalaman cukup. Sekali kupenuhi permintaannya untuk menyetubuhi dirinya, ia malah ketagihan, dan aqu bak dijadikan gigolo. Digilir bersama sesama Pelajar SMA lainnya. Tapi yg jelas, aqu senang, dapat kemaluan perempuan dan dapat uang untuk kuliah.
Baca Juga :
Aku Nike, Sandra dan Alfa disetubuhi saat kunjungan kerja
“Biar saya yg buka mas”, katanya.
Tangannya yg mungil melepas kancing celana jeansku, dan membantuku membukanya. Kemudian tangannya meremas-remas kemaluanku dari luar CD-ku. Dijilatinya CD-ku sembari tangannya meremas-remas bokongku. Aqupun sudah tak tahan lagi, langsung aqu buka CD-ku sehingga kemaluanku yg sudah tegak, bergelantung ke luar.
“Ih, wowww…!!!”, desis Non Juliani, sembari tangannya mengelus-elus kemaluanku.
Aqu bekerja sebagai seorang sopir di Malang. Namaqu Sony, umurku 24 tahun, dan berasal dari Jember. Aqu sudah bekerja selama 2 tahun pada juraganku ini, dan aqu sedang menabung untuk melanjutkan kuliahku yg terpaksa berhenti karena kurang biaya. Wajahku sih kata orang ganteng, ditambah dgn badan lumayan atletis. Banyak kawan SMA-ku yg dulu bilang, seandainya aqu anak orang kaya, pasti sudah jadi playboy kelas super berat. Memang ada beberapa kawan perempuanku yg dulu naksir padaqu, tetapi tak aqu tanggapi. Mereka bukan tipeku.
Juraganku punya seorang anak tunggal, perempuan berumur 18 tahun, kelas 3 SMA favorit di Malang. Namanya Juliani. Tiap hari aqu mengantarnya ke sekolah. Aqu kadang hampir tak tahan melihat badan Juliani yg seksi sekali. Tingginya kira-kira 168 cm, dan buah dadanya besar dan kelihatannya kencang sekali. Ukurannya kira-kira 36C. Ditambah dgn penampilannya dgn rok mini dan baju seragamnya yg tipis, membuatku ingin sekali menyetubuhinya.
Setiap kali mengantarnya ke sekolah, ia duduk di bangku depan di sampingku, dan kadang-kadang aqu melirik melihat pahanya yg putih mulus dgn rambut-rambut halus atau pada belahan buah dadanya yg terlihat dari balik seragam tipisnya itu.
Tapi aqu selalu ingat, bahwa dia adalah anak juraganku. Bila aqu macam-macam bisa dipecatnya aqu nanti, dan angan-anganku untuk melanjutkan kuliah bisa berantakan. Siang itu seperti biasa aqu jemput dia di sekolahnya. Mobil BMW biru metalik aqu parkir di dekat kantin, dan seperti biasa aqu menunggu Non-ku di gerbang sekolahnya. Tak lama dia muncul bersama kawan-kawannya.
“Siang, Non…, mari saya bawakan tasnya”.
“Eh…, Mas, udah lama nunggu?”, katanya sembari mengulurkan tasnya padaqu.
“Barusan kok Non..”, jawabku.
“Jul…, ini toh supirmu yg kamu bicarain itu. Lumayan ganteng juga sih…, ha…, ha..”, salah satu kawannya berkomentar. Aqu jadi rikuh dibuatnya.
“Hus..”, sahut Non-ku sembari tersenyum. “Jadi malu dia nanti..”.
Segera aqu bukakan pintu mobil bagi Non-ku, dan kawannya ternyata juga ikut dan duduk di kursi belakang.
“Kenalin nih mas, kawanku”, Non-ku berkata sembari tersenyum. Aqu segera mengulurkan tangan dan berkenalan.
“Sony”, kataqu sembari merasakan tangan kawannya yg lembut.
“Monika”, balasnya sembari menatap dadaqu yg bidang dan berrambut.
“Mas, antar kita dulu ke rumah Monika di Tidar”, instruksi Non Juliani sembari menyilangkan kakinya sehingga rok mininya tersingkap ke atas memperlihatkan pahanya yg putih mulus.
“Baik Non”, jawabku. Tak terasa kemaluanku sudah mengeras menyaksikan pemandangan itu. Ingin rasanya aqu menjilati paha itu, dan kemudian mengulum buah dadanya yg padat berisi, kemudian menyetubuhinya sampai dia meronta-ronta…, ahh.
Tak lama kitapun sampai di rumah Monika yg sepi. Rupanya orang tuanya sedangke luar kota, dan merekapun segera masuk ke dalam. Tak lama Non Juliani ke luar dan menyuruhku ikut masuk.
“Saya di luar saja Non”.
“Masuk saja mas…, sembari minum dulu…, baru kita pulang”.
Aqupun mengikuti perintah Non-ku dan masuk ke dalam rumah. Ternyata mereka berdua sedang menonton VCD di ruang keluarga.
“Duduk di sini aja mas”, kata Monika menunjuk tempat duduk di sofa di sebelahnya.
“Ayo jangan ragu-ragu…”, perintah Non Juliani melihat aqu agak ragu.
“Mulai disetel aja Nik…”, Non Juliani kemudian mengambil tempat duduk di sebelahku.
Tak lama kemudian…, film pun dimulai…, Woww…, ternyata film porno. Di layar terlihat seorang lelaki negro (Senegal) sedang menyetubuhi dua perempuan bule (Prancis & Spanyol) secara bergantian. Napas Non Juliani di sampingku terdengar memberat, kemudian tangannya meremas tanganku. Aqupun sudah tak tahan lagi dgn segala macam cobaan ini. Aqu meremas tangannya dan kemudian membelai pahanya. Tak berapa lama kemudian kamipun berciuman. Aqu tarik rambutnya, dan kemudian dgn gemas aqu cium bibirnya yg mungil itu.
“Hmm… Eh”, Suara itu yg terdengar dari mulutnya, dan tangankupun tak mau diam beralih meremas-remas buah dadanya.
Kubuka kancing seragamnya satu persatu sehingga terlihat bongkahan daging kenyal yg putih mulus punya Non-ku itu. Aqu singkap BH-nya ke bawah sehingga terlihatlah putingnya yg merah muda dan kelihatan sudah menegang.
“Ayo…, hisap dong mas…, ahh”. Tak perlu dikomando lagi, langsung aqu jilat putingnya, sembari tanganku meremas-remas buah dadanya yg sebelah kiri. Aqu tak memperhatikan apa yg dilaqukan kawannya di sebelah, karena aqu sedang berkonsentrasi untuk memuaskan nafsu birahi Non Juliani. Setelah puas menikmati buah dadanya, aqupun berpindah posisi sehingga aqu jongkok tepat di depan selangkangannya. Langsung aqu singkap rok seragam SMA-nya, dan aqu jilat CD-nya yg berwarna pink. Terlihat rambut kemaluannya yg masih jarang menerawang di balik CD-nya itu.
“Ayo, jilatin kemaluanku mas”, Non Juliani mendesah sembari mendorong kepalaqu. Langsung aqu sibak CD-nya yg berenda itu, dan kujilati kemaluannya.
“Ohh…, nikmat sekali…”, erangan demi erangan terdengardari mulut Non-ku yg sedang aqu kerjai. Benar-benar beruntung aqu bisa menjilati kemaluan seorang perempuan kecil anak konglomerat. Tanganku tak henti mengelus, meremas buah dadanya yg besar dan kenyal itu.
“Aduh, cepetan dong, yg keras…, aqu mau keluar.., ehhmm ohh..”. Tangan Non Juliani meremas rambutku sembari badannya menegang. Bersamaan dgn itu keluarlah cairan dari lubang kemaluannya yg langsung aqu jilat habis. Aqupun berdiri dan membuka ritsluiting celanaqu. Tapi sebelum sempat aqu buka celanaqu, Non Juliani telah ambil alih.
“Biar saya yg buka mas”, katanya.
Tangannya yg mungil melepas kancing celana jeansku, dan membantuku membukanya. Kemudian tangannya meremas-remas kemaluanku dari luar CD-ku. Dijilatinya CD-ku sembari tangannya meremas-remas bokongku. Aqupun sudah tak tahan lagi, langsung aqu buka CD-ku sehingga kemaluanku yg sudah tegak, bergelantung ke luar.
“Ih, wowww…!!!”, desis Non Juliani, sembari tangannya mengelus-elus kemaluanku. Tak lama kemudian dijilatinya buah pelirku terus menyusuri batang kemaluanku. Dijilatinya pula kepala kemaluanku sebelum dimasukkannya ke dalam mulutnya. Aqu remas rambutnya yg berbando itu, dan aqu gerakkan bokongku maju mundur, sehingga aqu seperti menyetubuhi mulut anak juraganku ini. Rasanya luar biasa…, baygkan…, kemaluanku berwarna hitam sedang dikulum oleh mulut seorang perempuan manis. Pipinya yg putih terlihat menggelembung terkena batang kemaluanku.
“Punyamu besar sekali mas Son…, Jul suka.., ehmm..”, katanya sembari kemudian kembali mengulum kemaluanku.
Setelah kurang lebih 15 menit Non Juliani menikmati kemaluanku, dia suruh aqu duduk di sofa. Kemudian dia menghampiriku sembari membuka seluruh pakaiannya sehingga dia terlihat telanjang bulat. Dinaikinya pahaqu, dan diarahkannya kemaluanku ke lubang kemaluannya.
“Ayo.., masukkin dong mas… Jul udah nggak tahan nih…”, katanya memberi instruksi, aqu tahu dia ingin merasakan nikmatnya kemaluanku. Diturunkannya bokongnya, dan kemaluankupun masuk perlahan ke dalam lubang kemaluannya. Cerita Dewasa
Kemaluannya masih sempit sekali sehingga masih agak sulit bagi kemaluanku untuk menembusnya. Tapi tak lama masuk juga separuh dari kemaluanku ke dalam lubang kemaluan anak juraganku ini.
“Ahh…, yeah…, sekarang masukin deh kemaluan mas yg besar itu di kemaluanku”, katanya sembari naik turun di atas pahaqu. Tangannya meremas dadanya sendiri, dan kemudian disodorkannya putingnya untukku.
“Yah, begitu dong mas”, Tak perlu aqu tunggu lebih lama lagi langsung aqu lahap buah dadanya yg montok itu. Sementara itu Non Juliani masih terus naik turun sembari kadang-kadang memutar-mutar bokongnya, menikmati kemaluan besar sopirnya ini.
“Sekarang sebadani Jul dalam posisi nungging… ya mas Son…?”, instruksinya. Diapun turun dan menungging menghadap ke sofa.
“Ayo dong mas…, masukkin dari belakang”, Non Juliani menjelaskan maksudnya padaqu. Aqupun segera berdiri di belakangnya, dan mengelus-elus bokongnya yg padat.
Kemudian kuarahkan kemaluanku ke lubang kemaluannya, tetapi agak sulit masuknya. Tiba-tiba tak kusangka ada tangan lembut yg mengelus kemaluanku dan membantu memasukkannya ke lubang kemaluan Non Juliani. Aqu lihat ke samping, ternyata Monika, yg membantuku menyetubuhi kawannya. Dia tersenyum sembari mengelus-elus bokong dan pahaqu. Aqu langsung menyetubuhi Non Juliani dari belakang. Kugerakkan bokongku maju mundur, sembari memegang pinggul Nonku.
“Ahh…, Mas…, Mas…, Terus dong…, nikmat sekali”, Non Juliani mengerang nikmat. Badannya terlihat berayun-ayun, dan segera kuremas dari belakang. Kupilin-pilin puting susunya, dan erangan Non Juliani makin hebat.
Monika sekarang telah berdiri di sampingku dan tangannya sibuk menelusuri badanku. Ditariknya rambutku dan diciumnya bibirku dgn penuh nafsu. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Sembari berciuman dibukanya kancing baju seragamnya sehingga terlihat buah dadanya yg tak terlalu besar, tetapi terlihat padat.
“Ohh.., terus dong mas… yg cepat dong ahhh… Jul keluar mas… ohhh…”, Non Juliani mengerang makin hebat. Tak berapa lama terasa cairan hangat membasahi kemaluanku.
“Non…, saya juga hampir keluar..”, kataqu.
“Tahan sebentar mas…, keluarin dimulutku…”, kata Non Juliani.
Non Juliani dan Monika berlutut di depanku, dan Monika yg sejak tadi terlihat tak tahan melihat kami bersebadan di depannya, langsung mengulum kemaluanku di mulutnya. Sementara itu Non Juliani menjilat-jilat buah pelirku. Mereka berdua bergantian mengulum dan menjilat kemaluanku dgn penuh nafsu. Aqupun sibuk membelai rambut kedua remaja ini, yg sedang memuaskan nafsu birahi mereka.
“Ayo, goyg yg keras dong mas…”, Non Juliani memberiku instruksi sembari menelentangkan badannya di atas karpet ruang keluarga.
“Ayo kemaluannya taruh di sini mas…”, kata Non Juliani lagi. Aqupun segera menaruh berlutut di atas dada Non-ku dan menjepit kemaluanku di antara dua bukit kembarnya. Segera aqu maju mundurkan bokongku, sembari tanganku mengapitkan buah dadanya.
“Oh, nikmat sekali…”.
Sementara Monika sibuk mengelap badanku yg basah karena keringat. Tak berapa lama kemudian, aqupun tak tahan lagi. Kuarahkan kemaluanku ke dalam mulut Non Juliani, dan dikulumnya sembari meremas-remas buah pelirku.
“Ahh…, Non…, ahh”, jeritku dan air manikupun menyembur ke dalam mulut mungil Non Juliani. Aqupun tidur menggelepar kecapaian di atas karpet, sementara Non Juliani dan Monika sibuk menjilati bersih batang kemaluanku.
Setelah itu kamipun sibuk berpakaian, karena jam sudah menunjukkan pukul 15.00. Orang tua Juliani termasuk orang tua yg strict pada anaknya, sehingga bila dia pulang telat pasti kena marah. Di mobil dalam perjalanan pulang, Juliani memberiku uang Rp 1.000.000,-.
“Ambil mas, buat uang lelah, Tapi janji jangan bilang siapa-siapa tentang yg tadi ya”, katanya sembari tersenyum. Aqupun mengangguk senang.
“Besok kita ulangi lagi ya mas…, soalnya Monika minta bagian”.
Demikian kejadian ini terus berlanjut. Hampir setiap pulang sekolah, Non Juliani akan pura-pura belajar bersama kawannya. Tetapi yg terjadi adalah dia menyuruhku untuk memuaskan nafsu birahinya dan juga kawan-kawannya, Monika, Linda, Nina, Mimi, Etik, dll.
Tapi aqupun senang karena selain mendapat penghasilan tambahan dari Non Juliani, aqupun dapat menikmati badan remaja mereka yg putih mulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar